Selasa 04 Mar 2025 20:00 WIB

Kaprodi SI UBSI Kampus Purwokerto Jelaskan AI Bisa Hemat Energi Listrik Sampai 30 Persen

Implementasi AI dalam penghematan energi menghadapi tantangan, seperti biaya tinggi.

Kaprodi SI UBSI Kampus Purwokerto Ina Maryani menyebut AI terbukti efektif dalam optimalisasi energi listrik.
Foto: UBSI
Kaprodi SI UBSI Kampus Purwokerto Ina Maryani menyebut AI terbukti efektif dalam optimalisasi energi listrik.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) semakin menunjukkan peran strategisnya dalam berbagai sektor, termasuk dalam upaya penghematan energi listrik. Dengan kemampuannya menganalisis data secara real-time, teknologi AI mampu meningkatkan efisiensi energi hingga 30 persen, sekaligus mengurangi emisi karbon.

Ina Maryani, Ketua Program Studi Sistem Informasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) kampus Purwokerto, mengungkapkan penerapan AI dalam manajemen energi telah menjadi solusi inovatif di berbagai sektor, mulai dari rumah tangga hingga industri.

“Dengan AI, konsumsi listrik dapat dioptimalkan sehingga mengurangi pemborosan energi dan meningkatkan efisiensi,” katanya yang dikutip Selasa (4/3/2025).

Ina menyebut, teknologi AI bekerja dengan menganalisis pola konsumsi energi dan memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan penggunaannya.

"Di sektor industri, AI bisa memantau mesin dan peralatan agar beroperasi efisien," katanya. Sementara di rumah tangga, sistem berbasis AI dapat mengatur pencahayaan, suhu ruangan, dan penggunaan perangkat elektronik berdasarkan kebiasaan penghuni.

Ia menambahkan, AI tidak hanya membantu menghemat energi juga mampu memprediksi kebutuhan listrik di masa depan. “Dengan data yang akurat, kita bisa merencanakan distribusi energi yang lebih efektif,” jelasnya.

Contoh penerapan AI dalam efisiensi energi

Menurut Ina, ada tiga hal pengimplementasian AI dalam efisiensi energi. Pertama smart grid, merupakan jaringan listrik pintar untuk mengelola distribusi energi secara otomatis, mengurangi pemborosan dan memastikan pasokan listrik tetap stabil.

"Kedua, ada Building Management Systems (BMS), AI yang digunakan untuk mengontrol sistem pencahayaan, pemanas, dan pendingin di gedung komersial. Google berhasil menghemat 40 persen energi di pusat datanya dengan bantuan AI," paparnya.

Ketiga ada Rumah Pintar, perangkat IoT (Internet of Thing) yang terintegrasi AI, seperti smart thermost dan sensor pencahayaan. Memungkinkan penghematan listrik hingga 20 persen per bulan.

Dampak positif bagi lingkungan

Selain manfaat ekonomi, Ina menyebut penghematan energi melalui AI berkontribusi pada pelestarian lingkungan.Data World Economic Forum menunjukkan pemanfaatan AI dalam manajemen energi dapat mengurangi emisi karbon global hingga 4 persen pada 2030.

‘’Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun yang sama," jelas Ina.

Meskipun menjanjikan, lanjutnya, implementasi AI dalam penghematan energi masih menghadapi tantangan, seperti biaya tinggi dan kebutuhan infrastruktur pendukung. Kesadaran masyarakat terhadap manfaat AI dalam efisiensi energi juga perlu ditingkatkan.

"AI terbukti menjadi alat yang efektif dalam optimalisasi energi listrik, dengan potensi penghematan hingga 30 persen. Selain mengurangi biaya energi, teknologi ini berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan,’’ ujar Ina.

Menurut dia, agar manfaatnya dapat dimaksimalkan, diperlukan sinergi antara inovasi teknologi, kebijakan pemerintah, serta partisipasi aktif masyarakat.

Bagi yang tertarik mendalami AI lebih lanjut, UBSI kampus Purwokerto membuka peluang kolaborasi akademik dan penelitian. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui www.bsi.ac.id.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement