Ahad 23 Jul 2023 17:31 WIB

2.000 Penguin Mati Misterius di Pesisir Timur Uruguay

Penguin itu mati di Samudra Atlantik dan terbawa arus ke pantai Uruguay.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Lebih dari 5.200 penguin kecil melintasi pantai pulau Phillip itu dalam satu malam.
Foto: Phillip Island Nature Parks
Lebih dari 5.200 penguin kecil melintasi pantai pulau Phillip itu dalam satu malam.

REPUBLIKA.CO.ID, MONTEVIDEO -- Sekitar 2.000 penguin jenis Magelanic mati misterius di pesisir timur Uruguay. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari kematian selama 10 hari terakhir.

Kepala Departemen Fauna Kementerian Lingkungan Hidup Uruguay Carmen Leizagoyen mengungkapkan, sebagian besar penguin Magellanic yang mati berusia muda. Menurut dia, para penguin itu mati di Samudra Atlantik dan terbawa arus ke pantai Uruguay.

Baca Juga

“Ini adalah kematian di dalam air. 90 persen adalah spesimen muda yang datang tanpa cadangan lemak dan dengan perut kosong,” ujar Leizagoyen, dikutip laman The National, Sabtu (22/7/2023).

Dia mengungkapkan pihaknya telah memeriksa sejumlah penguin yang mati. Menurut Leizagoyen, semua sampel yang diperiksa dinyatakan negatif flu burung. Artinya penyakit tersebut kemungkinan besar bukan merupakan faktor penyebab matinya penguin-penguin Magellanic.

Sarang penguin Magellanic berada di Argentina selatan. Pada musim dingin di belahan bumi selatan, mereka bermigrasi ke utara untuk mencari makanan dan perairan yang lebih hangat, bahkan mencapai pesisir negara bagian Espirito Santo di Brasil.

Menurut Leizagoyen, dalam perjalanan migrasi, wajar jika ada sejumlah penguin yang mati. Namun jumlahnya tidak akan sebanyak seperti yang baru saja ditemukan. “Adalah normal untuk beberapa persen kematian, tetapi bukan angka-angka ini,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, kematian penguin Magellanic dalam jumlah cukup banyak juga terjadi di Brasil tahun lalu. Namun belum diketahui penyebab pasti matinya para penguin tersebut.

Para pegiat dan aktivis lingkungan mengaitkan kematian penguin Magellanic dengan penangkapan ikan ilegal dan besar-besaran. “Dari tahun 1990-an dan 2000-an kami mulai melihat hewan yang kekurangan makanan. Sumber dayanya dieksploitasi secara berlebihan,” kata Richard Tesore, dari SOS Marine Wildlife Rescue.

Dia menambahkan, siklon subtropis di Atlantik, yang melanda Brasil tenggara pada pertengahan Juli, mungkin menyebabkan hewan paling lemah mati karena cuaca buruk. Selain penguin, Tesore mengatakan baru-baru ini dia menemukan bangkai burung petrel, albatros, burung camar, penyu, dan singa laut di pantai Maldonado, bagian timur ibu kota Uruguay, Montevideo.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement