Rabu 26 Jul 2023 07:50 WIB

Empat Fase Nabi Muhammad dalam Puasa Asyuro

Nabi Muhammad banyak memanfaatkan waktu untuk ingat Allah dan berakhlak mulia.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi berzikir dan beribadah.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Ilustrasi berzikir dan beribadah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam disunnahkan untuk berpuasa Asyuro di bulan Muharram. Sebelumnya, Nabi Muhammad ﷺ telah mengalami empat fase dalam puasa Asyuro.

Dikutip dari buku Misteri Bulan ‘Asyuro Antara Mitos dan Fakta karya Abu Abdillah Syahrul Fatwa, ‘Asyuro adalah hari ke-10 pada bulan Muharram. Dia adalah hari yang mulia. Menyimpan sejarah yang mendalam, tak bisa dilupakan.

Baca Juga

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata: “Nabi tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa ‘Asyuro. Nabi bertanya: “Puasa apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik, hari di mana Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Allah. Dan kami-pun ikut berpuasa. Nabi berkata: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Akhirnya Nabi berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa. (HR. Bukhari: 2004, Muslim: 1130)

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam berpuasa ‘Asyuro mengalami empat fase (Lathoiful Ma’arif):

Fase pertama: Beliau berpuasa di Mekkah dan tidak memerintahkan manusia untuk berpuasa. Aisyah radhiyallahu anha menuturkan: “Dahulu orang Quraisy berpuasa ‘Asyuro pada masa jahiliyyah. Dan Nabi pun berpuasa ‘Asyuro pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap puasa ‘Asyuro dan memerintahkan manusia juga untuk berpuasa. Ketika puasa Ramadhan telah diwajibkan, beliau berkata: “Bagi yang hendak puasa silakan, bagi yang tidak puasa, juga tidak mengapa”. (HR. Bukhari: 2002, Muslim: 1125)

Fase kedua: Tatkala beliau Shallallahu alaihi wa sallam datang di Madinah dan mengetahui bahwa orang Yahudi puasa ‘Asyuro, beliau juga berpuasa dan memerintahkan manusia agar puasa. Sebagaimana keterangan Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma di muka. Bahkan Rasulullah ﷺ menguatkan perintahnya dan sangat menganjurkan sekali, sampai-sampai para sahabat melatih anak-anak mereka untuk puasa ‘Asyuro.

Fase ketiga: Setelah diturunkannya kewajiban puasa Ramadhan, beliau Shallallahu alaihi wa sallam tidak lagi memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa ‘Asyuro, dan juga tidak melarang, dan membiarkan perkaranya menjadi sunnah sebagaimana hadits Aisyah radhiyallahu anha yang telah lalu.

Fase keempat: Pada akhir hayatnya, Nabi ﷺ bertekad untuk tidak hanya puasa pada hari ‘Asyuro saja, namun juga menyertakan hari tanggal 9 ‘Asyuro agar berbeda dengan puasanya orang Yahudi.

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata: “Ketika Nabi puasa ‘Asyuro dan beliau juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Para sahabat berkata:

“Wahai Rasulullah, hari ‘Asyuro adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara!! Maka Rasulullah ﷺ berkata: “Kalau begitu, tahun depan Insya Allah kita puasa bersama tanggal sembelilannya juga”. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata: “Belum sampai tahun depan, beliau sudah wafat terlebih dahulu”. (HR. Muslim: 1134)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement