REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ayat-ayat Alquran terkait dengan sains jumlahnya lebih banyak daripada ayat-ayat Alquran terkait hukum.
Akan tetapi, karya sains umat Islam tidak begitu banyak, sebaliknya kitab terkait hukum Islam karya umat Islam sangat banyak jumlahnya.
Pendapat paling popular menyebutkan bahwa ayat-ayat terkait sains jumlahnya mencapai sekitar 800-an sampai 1.000-an.
Sementara, ayat-ayat Alquran terkait hukum jumlahnya sekitar 200-an. Ada juga yang berpendapat ada sekitar 500-an ayat terkait sains.
Buku Alquran dan Sains yang ditulis KH Ahmad Sarwat Lc menjelaskan, meski ayat-ayat Alquran terkait hukum yang jumlahnya hanya sekitar 200-an bisa berkembang menjadi ribuan judul kitab fiqih yang memenuhi rak perpustakan.
Sebaliknya, meski begitu banyak ayat yang mengajak umat Islam meneliti dan mengamati sains, namun pada kenyataannya karya-karya umat Islam di bidang sains untuk saat ini justru sangat sedikit jumlahnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentu banyak jawaban dan analisis semua pihak. Menurut Pendiri Rumah Fikih, KH Ahmad Sarwat, dilansir dari buku Alquran dan sains, ada dua jawaban yang cukup menarik untuk digarisbawahi.
Pertama, karena Alquran hakikatnya bukan kitab sains, tapi merupakan kitab hukum agama. Oleh karena itu banyak para ulama mengembangkan isi kandungan Alquran dari sisi hukum-hukum syariah, bukan dari sisi sains dan teknologi.
Apalagi mengingat bahwa sains itu sifatnya selalu berkembang dan dinamis. Penemuan demi penemuan selalu datang silih berganti tanpa harus melewati jalur wahyu dari langit.
Sedangkan hukum syariah sifatnya wahyu yang ditentukan dari atas langit. Manusia tidak boleh secara mandiri membuat hukum-hukum syariah seenaknya atau hanya berdasarkan pengamatan, penelitian dan uji coba begitu saja. Hukum syariah harus berdasarkan kitab suci, sementara sains tidak.
Oleh karena itulah meski jumlah ayat-ayat hukum itu terbatas hingga ada yang mengatakan hanya 200-an ayat saja, namun justru melahirkan begitu banyak karya para ulama di bidang hukum-hukum syariah.
Terlebih, selain Alquran ternyata juga ada sumber-sumber syariah yang lain seperti hadis, ijma qiyas, mashalih mursalah, istishab, dzariah, qaul shahabai, amalu ahlil Madinah dan seterusnya.
Kedua, sebenarnya bukan umat Islam tidak punya karya namun pada dasarnya ini merupakan perputaran dan pergiliran yang sifatnya sunnatullah. Pada masa keemasan dan kejayaannya, justru umant Islam menjadi kiblat dan pusat sains di seluruh dunia.
Sebab Islam menyerap semua prestasi pencapaian seluruh ilmu pengetahuan dari berbagai peradaban dunia, dari Romawi, Yunani, Mesir, Persia, China, Afrika dan India. Bahkan juga dari negeri Arab sendiri.
Baca juga: Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun
Semua sains manusia berhasil dikoleksi di pusat-pusat peradaban umat Islam di masa lalu, bahkan sebagiannya juga dipelajari dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab sehingga para ahli waris dan keturunan masing-masing bangsa seharusnya berterima kasih kepada umat Islam.
Karena telah berjasa menyimpan dan memelihara warisan sains nenek moyang mereka. Pada gilirannya mereka pun mempelajari warisan nenek moyang mereka, justru lewat jalur khazanah sains yang berpusat di dunia Islam.
Jadi anggapan bahwa dunia Islam itu mundur dan tidak pernah maju di dalam dunia sains, itu kurang tepat.
Sebab yang benar adalah umat Islam pernah mengalami kemajuan yang luar biasa, namun di masa sekarang ini mengalami kemunduran dari berbagai prestasi yang pernah dicapainya di masa lalu. Kemunduran itu berarti menunjukkan bahwa umat Islam juga pernah berjaya dan menguasai sains dunia.