Jumat 28 Jul 2023 07:57 WIB

BoJ Berpotensi Naikkan Suku Bunga, Wall Street Berakhir Lemah

BoJ akan membahas kemungkinan kenaikan suku bunga jangka panjang.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Konferensi pers ketua Fed Jerome Powell ditampilkan di lantai di New York Stock Exchange di New York, Rabu, 26 Juli 2023. Saham beragam setelah Federal Reserve menindaklanjuti ekspektasi Wall Street dan menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.
Foto: AP Photo/Seth Wenig
Konferensi pers ketua Fed Jerome Powell ditampilkan di lantai di New York Stock Exchange di New York, Rabu, 26 Juli 2023. Saham beragam setelah Federal Reserve menindaklanjuti ekspektasi Wall Street dan menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam lebih dari dua dekade.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks saham utama Wallsreet berakhir lebih rendah pada perdagangan Kamis (27/7/2023). Kinerja yang menurun ini terjadi setelah Bank of Japan (BoJ) berpotensi menaikkan suku bunga jangka panjang sehingga membuat imbal hasil obligasi AS lebih tinggi.

Surat kabar Nikkei melaporkan BoJ akan mempertahankan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun di level 0,5 persen. Namun bank sentral juga membahas adanya kemungkinan kenaikan suku bunga jangka panjang di atas level tersebut pada tingkat tertentu. 

Baca Juga

Kepala strategi investasi di Simplify Asset Management, Michael Green, mengatakan laporan rencana BoJ adalah pendorong terbesar di balik kinerja Wall Street semalam. Suku bunga yang lebih tinggi di Jepang mendorong imbal hasil 10 tahun AS lebih dari empat persen dan mengurangi daya tarik saham.

Indeks Dow Jones Industrial Average pun mengakhiri reli penguatannya dengan ditutup turun 237,4 poin atau melemah 0,67 persen. Sedangkan indeks S&P 500kehilangan 29,29 poin, atau terkoreksi 0,64 persen dan indeks Nasdaq melemah 77,18 poin, atau 0,55 persen.

Pada Rabu (26/7/2023), bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin seperti yang diharapkan. Pelaku pasar melihat masih ada peluang 20 persen ​​The Fed menaikkan suku bunga seperempat poin lagi di September.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada hari Rabu bahwa staf Fed tidak lagi memperkirakan resesi AS, tetapi tidak mengesampingkan kenaikan suku bunga lainnya, mengatakan Fed akan mengikuti data ekonomi di masa depan.

Pada Kamis, laporan Departemen Perdagangan menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal terakhir, dengan produk domestik bruto lanjutan sebesar 2,4 persen, di atas perkiraan 1,8 persen oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Direktur pelaksana pendapatan tetap global di Action Economics di San Francisco, Kim Rupert, mengatakan data ekonomi yang kuat pada hari sebelumnya juga membuat pasar menilai kembali posisinya setelah Federal Reserve sedikit meningkatkan prospek pertumbuhannya pada Rabu.

"Pasar sedang melihat peningkatan potensi untuk kenaikan suku bunga The Fed lainnya yang sebagian besar telah diantisipasi," kata Rupert.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement