REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis meningkatkan suku bunga utama di zona euro sebesar 0,25 poin persentase menjadi 4,25 persen. Keputusan untuk menaikkan suku bunga untuk kesembilan kalinya berturut-turut merupakan bagian dari kampanye berkelanjutan untuk menurunkan inflasi.
Dilansir Deutsche Welle, bank yang berbasis di Frankfurt itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sementara inflasi melambat, masih diperkirakan akan terlalu tinggi terlalu lama. Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan pada konferensi pers bahwa bank akan tetap berpikiran terbuka pada keputusan suku bunga di masa depan.
"Kami sengaja bergantung pada data, kami memiliki pikiran terbuka untuk keputusan apa yang akan diambil pada bulan September dan dalam pertemuan berikutnya," katanya.
Lagarde mengatakan bahwa jika bank memutuskan untuk menghentikan rangkaian kenaikan suku bunga, itu belum tentu untuk jangka waktu yang lama.
"ECB berakar sangat kuat pada tekad kami untuk menurunkan inflasi," katanya menambahkan.
Menaikkan suku bunga dipandang sebagai alat untuk menurunkan inflasi karena dapat membuat pinjaman menjadi lebih mahal. Ini pada gilirannya dapat memperlambat permintaan dan memerangi kenaikan harga.
Harga konsumen di 20 negara zona euro telah tenggelam sejak mencapai puncaknya pada Oktober tahun lalu> Tetapi, harga konsumen masih naik 5,5 persen year on year pada Juni.
Tujuan ECB adalah menurunkan inflasi menjadi 2 persen dalam jangka menengah.
Bank mulai menaikkan suku bunga pada Juli 2022 setelah perang Rusia di Ukraina menyebabkan kenaikan harga energi dan pangan. Itu mengikuti tahun-tahun suku bunga mendekati nol dan negatif di kawasan euro.
Federal Reserve AS juga menaikkan suku bunga pinjaman acuannya pada minggu ini dan menyuarakan kenaikan lebih lanjut.