Senin 07 Aug 2023 18:37 WIB

MRT Jalur Timur-Barat Direncanakan Ground Breaking pada Agustus 2024 

MRT Jalur Timur-Barat merupakan proyek strategis nasional (PSN).

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Kementerian Perhubungan memastikan dimulainya pembangunan MRT jalur timur-barat.
Foto: Dok Republika
Kementerian Perhubungan memastikan dimulainya pembangunan MRT jalur timur-barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menerima dokumen Basic Engineering Design (BED) MRT Jalur Timur-Barat (East-West) Fase 1 Tahap 1 yang diberikan oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pada Senin (7/8/2023) di Gedung Karya, Kemenhub, Jakarta Pusat. Diharapkan MRT Jalur Timur-Barat akan menjalani groundbreaking (peletakan batu pertama) pada Agustus 2024.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, proyek MRT Jalur Timur-Barat merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang harus dikawal bersama-sama. "Saya titipkan proyek ini kepada Direktorat Jenderal Perkeretaapian selaku pembina sektor perkeretaapian untuk mengkoordinasikan dengan stakeholder terkait, termasuk Pemprov DKI Jakarta. Diharapkan, groundbreaking dapat dilakukan pada Agustus 2024,” kata Budi dalam keterangan tertulis pada Senin (7/8/2023).

Baca Juga

Lebih lanjut, Budi berpesan agar setelah dokumen BED diserahkan, Pemprov DKI Jakarta dapat segera menunjuk institusi di bawah kendali dan kewenangannya untuk melaksanakan pembangunan proyek. Menurut Budi, hal ini perlu dilakukan agar pembangunan dapat segera dilakukan sebagaimana arahan dari Presiden Joko Widodo.

“Kementerian Perhubungan akan terus mendukung implementasi pengembangan transportasi massal berbasis rel bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," kata dia.

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyampaikan, Presiden Joko Widodo telah memberi arahan agar MRT Jalur Timur-Barat menggunakan skema pembangunan yang serupa dengan MRT Jalur Utara-Selatan. 

"Berkaca pada kesuksesan atas keberhasilan pembanguna pengoperasian dan pengusahaan MRT Jalur Utara-Selatan dan mempertimbangkan kesinambungan pembangunan transportasi perkeretaapian perkotaan yang harus sejalan dengan pembangunan di Kawasan Jabodetabek, maka MRT Jalur Timur-Barat ini perlu terus dipastikan keberlangsungannya,” kata Heru.

Saat ini, MRT Jalur Utara-Selatan sudah beroperasi sepanjang 16 kilometer (km) dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI, dengan rata-rata penumpang harian telah mencapai 100 ribu per hari. Selain penyelenggaraan MRT, Pemprov DKI Jakarta juga telah memberikan mandat kepada PT MRT Jakarta (Perseroda) untuk melakukan pengelolaan dan pengembangan Kawasan Berorientasi Transit (Transit Oriented Development) pada MRT Jalur Utara-Selatan.

"Kami berharap dengan pengembangan jalur MRT Jakarta Fase 3 akan mendukung perkembangan transportasi publik perkeretaapian yang berdampak luas bagi masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya," kata dia.

Diketahui, MRT Jalur Timur-Barat merupakan inisiatif bersama antara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pembangunan ini merupakan bagian pengembangan jaringan MRT Jalur Utara–Selatan yang merupakan tulang punggung jaringan transportasi massal berbasis rel di DKI Jakarta dan kawasan penyangga di sekitarnya. 

Pada Fase 1 Tahap 1 ini, pengembangan MRT Koridor Timur-Barat akan meliputi jalur dari Tomang sampai dengan Medan Satria. Jika keseluruhan koridor sudah tersambung, maka koridor ini akan membentang sepanjang 90 km dari Balaraja di Tangerang hingga Cikarang, serta melintasi tiga provinsi, dua kabupaten, dan tiga kota.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement