REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbduristek) buka suara terkait adanya toilet gender netral di satuan pendidikan. Kemendikbudristek menegaskan, setiap satuan pendidikan harus melaksanakan pembelajaran dan pendidikan untuk mengembangkan iman, takwa, dan akhlak mulia peserta didik.
“Setiap satuan pendidikan diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran dan pendidikan untuk mengembangkan iman, takwa, dan akhlak mulia peserta didik,” ujar Inspektur Jenderal Kemendikbudristek, Chatarina Muliana Girsang, kepada Republika, Selasa (8/8/2023).
Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di sana termaktub, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Lalu, dalam Permendikbud Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, pihaknya mengimbau, elemen terpenting dari kompetensi lulusan semua jenjang pendidikan adalah karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
“Hal ini merupakan bagian inti dari Kurikulum Merdeka dan diukur di Asesmen Nasional sebagai indikator kinerja sekolah dan Pemerintah Daerah,” terang dia.
Chatarina menyebutkan, tindak kekerasan seksual menjadi perhatian serius pemerintah. Di mana, langkah pencegahan dan penanganannya dilakukan termasuk dengan menyusun peraturan menteri, kerja sama lintas kementerian dan lembaga, serta mengukurnya di Asesmen Nasional.
“Kemendikbudristek tengah melakukan pengecekan lebih lanjut serta akan melakukan pendampingan dan evaluasi pada sekolah yang terbukti melakukan penyelenggaraan pendidikan yang tidak sesuai dengan regulasi dan ketentuan yang berlaku di Indonesia,” jelas Chatarina.
Sebelumnya, dalam obrolan podcast bersama Quraish Shihab, Daniel Mananta menceritakan kisah ketika dia mencari sekolah di Jabodetabek untuk anaknya. Lalu datanglah ia ke sebuah sekolah internasional dan mendatangi bagian resepsionisnya. Saat itu Daniel melihat WC untuk laki-laki, perempuan dan gender netral. Ini membuat Daniel terkejut. Hingga ia pun tidak mengajak anaknya ke sekolah itu lagi.
Toilet gender netral
Dilansir dari laman PinkNews, gender neutral toilet atau toilet gender netral adalah toilet yang dapat digunakan oleh seseorang dengan gender atau identitas gender apapun. Toilet tersebut juga dapat dikatakan dapat kamar mandi yang bisa digunakan oleh segala gender.
Dalam tulisan yang dibuat pada 2017 lalu itu dijelaskan, fasilitas kamar mandi gender netral dapat menyediakan keamanan dan ruang penerimaan yang lebih bagi seorang transgender maupun seorang yang tidak mengidentifikasi diri mereka dengan biner gender laki-laki atau perempuan.
“Hal itu dapat memudahkan orang trans pada berbagai tahap transisi, atau menghilangkan tekanan keputusan apakah akan menggunakan kamar mandi pria atau wanita, yang dapat membuat orang trans atau non-biner merasa terjebak di antara dua pilihan sulit,” bunyi tulisan itu, dikutip Selasa (8/8/2023).
Disebutkan di sana, beberapa orang bahkan mengatakan mereka menghindari menggunakan toilet umum sepenuhnya atau sudah memilih toilet tunggal untuk menghindari kencing di kamar mandi yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin.