Rabu 09 Aug 2023 06:28 WIB

Hungaria Adakan Lomba Kumpulkan Sampah dari Sungai

Sejak 2013, lomba mengumpulkan sampah paling banyak digelar setiap tahun

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Dimulai pada 2013, Hungaria adakan perlombaan mengumpulkan sampah paling banyak setiap tahun.
Foto: AP
Dimulai pada 2013, Hungaria adakan perlombaan mengumpulkan sampah paling banyak setiap tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, TISZAROFF -- Ribuan botol plastik berlumpur, bongkahan styrofoam, dan potongan sampah lainnya yang tergenang air ditumpuk di atas trailer bak datar di tepi Sungai Tisza di Hungaria. Sebanyak satu metrik ton sampah dikumpulkan dari jalur air dan dataran banjirnya dalam satu hari.

Hasil tersebut berkat kumpulan sukarelawan yang berpartisipasi dalam lomba 10 hari yang menarik lebih dari 150 orang dari segala usia. Mereka mengenakan jaket pelampung menggunakan kano untuk menjelajahi sungai terbesar kedua di Hongaria untuk mencari sampah yang mengalir ke hilir.

Baca Juga

Kegiatan itu dimulai pada 2013 dengan perlombaan mengumpulkan sampah paling banyak setiap tahun. Peserta kompetisi Piala Plastik tahuna ini telah mengumpulkan lebih dari 330 ton sampah dari Tisza dan perairan Hungaria lainnya.

Direktur kompetisi Piala Plastik Zsolt Tamas mengatakan, upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan melestarikan lingkungan alam Hongaria. Namun tidak hanya itu, acara tersebut merupakan usaha menghentikan krisis ekologi global yang berkembang dengan mencegah sebanyak mungkin limbah mengalir lebih jauh ke hilir ke laut dan samudra.

"Sumber terbesar pencemaran limbah global adalah sungai. Sampah itu mengalir ke sungai, melalui laut dan ke samudra, di mana arus membentuknya menjadi pulau-pulau besar,” kata Tamas merujuk pada kumpulan puing dan mikroplastik yang dikumpulkan arus laut menjadi ladang raksasa yang disebut pilin.

Menurut Tamans, jika orang-orang bisa mencegah masalah global di sungai, maka lebih sedikit yang masuk ke lautan. “Pencegahan, menyelesaikannya di awal jalur pipa adalah yang terbaik. Jika tidak masuk ke Tisza, maka kita tidak perlu menarik apa pun," ujarnya.

Seruan untuk mengatasi krisis plastik global menjadi lebih mendesak dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian menyimpulkan bahwa paparan polusi semacam itu dapat membawa risiko ekologis dan kesehatan manusia yang parah.

Emisi karbon dioksida yang berasal dari manufaktur plastik diketahui berkontribusi terhadap perubahan iklim Beberapa penelitian menunjukkan bahwa plastik, terutama ketika dipecah menjadi potongan-potongan kecil, dapat berdampak pada hormon, kesuburan, endokrin, sistem saraf, kekebalan tubuh, dan dapat membawa peningkatan risiko kanker.

Penelitian yang dikutip oleh laporan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2023 mengatakan, pecahan kecil dengan panjang kurang dari lima milimeter plastik telah ditemukan di ceruk terdalam lautan. Mikroplastik pun dideteksi di gletser gunung yang masih asli hingga dalam ASI dan tubuh manusia.

Menurut PBB, 75 persen sampah plastik berasal dari aliran limbah padat kota sebelum terbawa ke lautan. Kondisi ini berkontribusi secara signifikan terhadap degradasi lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati, seperti satwa laut dan pesisir yang terjerat dalam sampah plastik atau menelannya setelah salah mengira itu untuk makanan.

Menanggapi segala fakta tersebut, para sukarelawan di Tisza turun dari kano dan menyusuri tepian sungai yang curam dengan tas pengumpul kuning di tangan. Mereka memasuki vegetasi yang lebat dan menantang nyamuk, duri, dan jelatang yang tebal saat mereka mencari sampah.

Beberapa menggunakan aplikasi daring open-source sebagai panduan. Setiap pengguna dapat menandai tempat-tempat yang mereka temukan sebagai tumpukan sampah yang lebih besar sepanjang tahun.

Setelah kano peserta penuh dengan tas pengumpul, mereka menurunkannya di “kapal induk” yang menunggu . Kapal ini berbentuk akit darurat yang mengapung di atas ponton berisi botol plastik dan anggota tim mengumpulkan tas dan mulai memilah-milah sampah.

Para relawan akan berkemah di tempat baru setiap malam saat mereka menyusuri sungai. Mereka bisa mengumpulkan sampah rata-rata 70 tons dari Tisza setiap tahun.

Kelompok tersebut memperkirakan telah membuang hampir empat juta botol plastik dari saluran air Hongaria. Sekitar 60 persen dari sampah yang dikumpulkan dikirim ke fasilitas daur ulang untuk diproses, sedangkan sisanya diangkut ke tempat pembuangan sampah.

Plastic Cup telah terlibat dalam kerja sama internasional dengan pihak lain di Serbia, Rumania, dan Bulgaria. Kolaborasi ini diharapkan dapat menyebarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh untuk membantu warga di negara lain melawan polusi di sungai.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement