REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan kondisi Gunung Karangetang usai guguran lava masih terjadi setelah erupsi efusif pada awal Februari 2023 lalu. "Leleran atau luncuran lava masih terjadi," sebut Kepala PVMBG, Hendra Gunawan dalam laporan aktivitas Gunung Karangetang selama periode tanggal 1-7 Agustus 2023, yang dibagikan Ketua Pos PGA Yudia P Tatipang dalam grup percakapan di Manado, Rabu (9/8/2023).
Erupsi efusif pada kawah Utama (selatan) masih terjadi, leleran/luncuran lava pijar mengarah ke barat daya, selatan dan tenggara. Guguran lava ke selatan menuju Kali Batuawang sejauh 1.500 meter, Kali Kahetang sejauh 1.850 meter, dan Kali Keting sejauh 2.100 meter, kadang-kadang guguran lava diikuti gumpalan asap kelabu.
Sementara guguran lava yang mengarah ke barat daya masuk ke lembah kali Batang, Kali Timbelang dan Kali Beha Barat sejauh kira-kira 1.000 meter hingga 1.500 meter dari kawah utama. Kondisi kawah utara teramati asap kawah putih sedang tinggi maksimum sekitar 50 meter, sementara pada malam hari masih tampak adanya api diam di tubuh kubah lava kawah utara.
Hendra berharap warga mewaspadai awan panas guguran, dimana kubah lava lama yang masih berada di puncak sewaktu-waktu dapat runtuh bersamaan dengan keluarnya lava. Karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi dari penumpukan material lava yang gugur/longsor.
"Warga juga diharapkan mewaspadai terjadinya lahar/banjir pada sungai-sungai yang berhulu dari puncak kawah Gunung Karangetang di waktu hujan," ajaknya.
Gunung Karangetang erupsi pada awal Februari 2023 lalu setelah menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik, statusnya yang saat itu masih waspada level dua dinaikkan menjadi siaga level tiga.