REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Inflasi Amerika Serikat (AS) pada Juli, mencapai 3,2 persen secara tahunan yang naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar tiga persen. Dikutip dari Reuters, Rabu (10/8/2023), indeks harga konsumen AS meningkat secara moderat pada Juli 2023 karena sewa yang lebih tinggi sebagian besar, tetapi diimbangi oleh penurunan biaya barang, seperti kendaraan bermotor dan furnitur.
Meskipun begitu, hal tersebut dianggap menjadi tren yang dapat membujuk The Fed untuk membiarkan suku bunga tidak berubah bulan depan. Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Ketenagakerjaan AS, kenaikan harga tahunan tidak termasuk komponen makanan dan energi.
Data tersebut memperkuat keyakinan para ekonom bahwa bank sentral AS akan mampu merekayasa kebijakan bagi perekonomian setelah setahun bersusah payah mencegah resesi. “Kemajuan signifikan di bagian depan inflasi telah dibuat, tren disinflasi yang terus-menerus terbukti. Sudah saatnya bank sentral menghentikan kampanyenya untuk mengalahkan inflasi, itu harus menunggu dan melihat untuk sementara waktu,” kata profesor keuangan dan ekonomi di Universitas Loyola Marymount Los Angeles, Sung Won Sohn.
Amerika Serikat mencatat harga makanan naik 0,2 persen dan harga bahan makanan meningkat 0,3 persen setelah tidak berubah pada Juni 223. Kenaikan harga tersebut didorong kenaikan harga telur, daging sapi, susu, buah, dan sayuran.
Harga makanan restoran juga tercatat naik 0,2 persen melambat kembali ke tren sebelum pandemi. Biaya produk energi naik tipis 0,1 persen dengan harga bensin naik tipis. Lonjakan harga di pompa pada akhir Juli 2023 kemungkinan akan tercermin dalam laporan inflasi Agustus 2023.
Kenaikan inflasi AS pada Juli 2023 menjadi yang pertama kali dalam setahun terakhir. Hal itu setelah dalam 12 bulan berturut-turut mencatatkan penurunan indeks harga konsumen (IHK). Meskipun begitu, kenaikan tersebut sedikit di bawah ekspektasi sebesar 3,3 persen secara tahunan.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks harga konsumen AS akan naik 0,2 persen dan 3,3 persen secara tahunan. Sementara itu, saham di Wall Street diperdagangkan lebih tinggi pascadata inflasi AS dan dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang.