Jumat 18 Aug 2023 15:15 WIB

BI Proyeksikan FFR Masih Naik, Bagaimana Dampaknya ke Rupiah? 

Dolar AS diprediksi masih akan menguat terhadap mata uang di Asia, termasuk rupiah.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Ilustrasi Uang Rupiah
Foto: dok. Pixabay
Ilustrasi Uang Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memproyeksikan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) masih akan melanjutkan kebijakan untuk menaikan suku bunganya. Pada pertemuan terakhir Juli 2023, the Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen–5,5 persen. 

"Kalau dari pernyataan beberapa pejabat The Fed, kelihatannya FOMC the Fed pada September lebih mengarah ke sinyal hawkish atau potensi untuk masih menaikkan The Fed Fund Rate (FFR)," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto kepada Republika, Jumat (18/8/2023). 

Baca Juga

Dia menjelaskan, sebagian pelaku pasar juga sepertinya memprediksi hal serupa mengenai kebijakan The Fed. Pelaku pasar menurutnya memprediksi The Fed masih akan menaikan suku bunga pada September 2023. Sementara sebagian lainnya masih wait and see melihat perkembangan data.

Edi mengungkapkan, beberapa pelaku pasar memperkirakan indeks dolar AS (DXY) berpotensi bergerak naik. Untuk itu, Edi mengatakan, pergerakan dolar AS diprediksi masih akan menguat terhadap mata uang lainnya termasuk mata uang negara-negara Asia. 

Dengan adanya proyeksi tersebut, Edi memastikan BI masih akan terus mencermati perkembangan tersebut. Hal tersenut tentunya menurut Edi akan menggaggu keseimbangan supply and demand valas di pasar dan membangun gejolak yang tinggi. 

"Maka tentunya BI akan masuk pasar untuk memastikan keseimbangan supply and demand valas tetap terjaga," ungkap Edi. 

Sebelumnya, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 5,25-5,5 persen. Setelah kenaikan ke-11 kalinya itu dalam 12 pertemuan terakhir, Ketua The Fed Jerome Powell mengungkapkan masih akan terbuka mengenai peluang kenaikan suku bunga lanjutan pada pertemuan September 2023.

Hal itu akan dipilih meskipun saat ini masih berlanjutnya perlambatan inflasi. "Komite akan terus menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter," kata Fed dikutip Reuters, Kamis (27/7/2023).

Dalam konferensi pers setelah kebijakan terbaru The Fed, Powell mengatakan bank sentral sangat memperhatikan totalitas data yang masuk. Khususnya dalam mempelajari tanda-tanda bahwa ekonomi sedang menuju periode di bawah tren atau pertumbuhan yang menurutnya diperlukan agar inflasi turun.

AS mencatat saat ini inflasi telah mereda. Hal itu terlihat dari biaya yang tidak terlalu besar bagi pasar tenaga kerja, di mana tingkat pengangguran tetap rendah pada 3,6 persen. Pertumbuhan ekonomi tetap di atas tingkat tren yang diperkirakan The Fed sebesar 1,8 persen.

Powell mengakui inflasi yang sudah turun merupakan perkembangan positif. Hanya saja ketika The Fed memasuki periode sulit dalam melawan inflasi, perlu diimbangi dengan kebutuhan untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut terhadap risiko terlalu jauh.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement