REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perbincangan seputar keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak selalu menarik perhatian. Dalam konteks ini, seorang orang tua mahasiswa, Dede Marlia, memberikan pandangan terkait kebutuhan komunikasi antara orang tua, mahasiswa, dan dosen di lingkungan perkuliahan.
Bagi Dede, komunikasi antara orang tua dan dosen sebaiknya diarahkan pada kondisi yang kritis atau membutuhkan perhatian lebih, seperti masalah pembayaran uang kuliah, ketidakmampuan anak dalam mengikuti perkuliahan, atau masalah serius lainnya yang dapat menghambat proses belajar anak. Menurutnya, aspek-aspek ini memang layak mendapatkan perhatian dari semua pihak terkait.
“WAG (WhatsApp Group) antara parents dan dosen nggak terlalu dibutuhkan,” kata orang tua yang anaknya duduk di jenjang semester 7 itu kepada Republika, Rabu (23/8/2023).
Namun, Dede juga mempertanyakan relevansi grup WhatsApp antara orang tua dan dosen dalam skenario ini. Dia berpendapat bahwa dalam kondisi di mana anak berada dalam keadaan baik-baik saja di kampus, mengikuti perkuliahan dengan baik, dan tidak menghadapi kendala serius, grup WhatsApp semacam itu mungkin tidak terlalu diperlukan. Dede merasa bahwa dosen sudah memiliki tanggung jawab yang beragam dengan jumlah mata kuliah yang banyak, sehingga kurang efektif untuk berkomunikasi langsung dengan orang tua.
“Apalagi mata kuliah di kampus kan juga banyak dan beragam, otomatis dosennya pun begitu, pasti ribet kalau dosen harus aktif WA-an (berkirim pesan WhatsApp) dengan orang tua,” ujar Dede.
Menurutn dia, peran orang tua seharusnya lebih fokus pada komunikasi langsung dengan anaknya. Dalam hal ini, bertanya kepada anak mengenai perkembangan kuliahnya, jumlah SKS yang diambil, IPK, dan tahapan-tahapan penting seperti latihan kerja merupakan hal yang lebih efektif. Dede berbagi bahwa dia sering bertanya langsung kepada anaknya untuk memastikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkuliahan anaknya.
Dede Marlina juga menekankan pentingnya anak menunjukkan pencapaian seperti IPK kepada orang tua secara langsung, bukan hanya memberikan informasi secara lisan. Dalam pandangannya, pendekatan semacam ini membantu menciptakan interaksi yang lebih personal dan memungkinkan orang tua untuk lebih terlibat dalam perkembangan akademik anak. “Dengan cara seperti ini, saya malah merasa lebih efektif, ketimbang bikin WAG antara parents dan dosen,” kata Dede.
Meskipun komunikasi dengan dosen memiliki manfaatnya sendiri, tetapi melalui pendekatan langsung dengan anak, orang tua juga bisa berperan aktif dalam mendukung perkembangan pendidikan anak. Dede beranggapan dialog terbuka adalah kunci memahami dinamika pendidikan di era yang terus berkembang.