Rabu 23 Aug 2023 15:19 WIB

Pertamina Bawa Komitmen Transisi Energi di Sustainability Summit B20 di New Delhi

Pertamina terus kembangkan inovasi teknologi transisi energi di Indonesia.

Komitmen Pertamina mengembangkan inovasi teknologi dukung transisi energi dipaparkan dalam Sustainability Summit B20 di New Delhi, India.
Foto: Dok. Pertamina
Komitmen Pertamina mengembangkan inovasi teknologi dukung transisi energi dipaparkan dalam Sustainability Summit B20 di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sebagai BUMN energi, PT Pertamina (Persero) terus mengembangkan inovasi teknologi untuk dekarbonisasi operasional dalam rangka mendukung transisi energi di Indonesia. Komitmen tersebut ditegaskan oleh Senior Vice President Research Technology & Innovation Pertamina, Oki Muraza di sela-sela keikutsertaannya dalam Sustainability Summit B20 yang berlangsung di New Delhi India, 22-27 Agustus 2023.

Oki Muraza menjelaskan, saat ini dekarbonisasi operasional Pertamina difokuskan pada pengembangan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS/CCS) dan Biofuel.

Baca Juga

"Pertamina mempunyai inisiatif untuk menerapkan CCS atau CCUS melalui teknologi injeksi CO2 pertama kali di Lapangan Jatibarang, Jawa Barat. Teknologi ini mampu meningkatkan produksi minyak dan gas bumi melalui CO2-EOR, sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan," ujar Oki, dalam keterangan tertulis, Rabu (23/8/2023).

Selain teknologi penangkapan dan pemanfaatan karbon, lanjut Oki, untuk mendukung transisi energi, Pertamina juga berkomitmen mengembangkan Bio Refinery atau Green Refinery untuk menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

"Kilang-kilang hijau itu mengolah bahan baku terbarukan seperti minyak sawit (RBDPO) hingga bekas minyak goreng (UCO)," tambahnya.

Saat ini, lanjut Oki, Bio Refinery Pertamina yang telah beroperasi antara lain Bio Refinery Cilacap dan Bio Refinery Dumai yang memproduksi HVO (Hydrotreated Vegetable Oil), Green Gasoline dan Bio Refinery Plaju dan Bio Refinery Cilacap, Green Diesel di Bio Refinery Dumai, serta Green AvturJ2 di Bio Refinery Cilacap. 

“Kami juga ingin menerapkan bioetanol, dengan berbagai bahan baku, termasuk dari limbah kelapa sawit seperti Tandan Kosong Kelapa Sawit,” imbuh Oki.

Menurut Oki, pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik telah berdampak besar pada volatilitas harga energi secara global, kekurangan pasokan, masalah keamanan dan ketidakpastian ekonomi yang menyebabkan fokus jangka pendek transisi energi bergeser ke ketahanan energi.

“Negara maju fokus pada keberlanjutan, sedangkan negara berkembang lebih fokus pada keamanan dan keterjangkauan energi, karena menjadi katalis pertumbuhan ekonomi,” tandasnya.

Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement