REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI menggelar kegiatan "Rapat Kerja Teknis (Rakernis) IT dan Zakathon 2023: Akselerasi Digital Zakat Solusi Kesejahteraan Umat", di Gedung Utama Asrama Haji, Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Kegiatan tersebut dihadiri Pimpinan Baznas RI Bidang Teknologi dan Informasi Prof Muhammad Nadratuzzaman Hosen dan juga Head of Education Ecosystem Telkom Indonesia Sri Safitri.
Dalam konferensi pers, Sri menyampaikan, sudah beberapa tahun ini pihaknya menjalin kolaborasi dengan Baznas dalam rangka digitalisasi pengelolaan zakat nasional. Dia memaparkan, ada manfaat yang bisa diperoleh melalui penggunaan teknologi dalam ekosistem zakat.
Di antaranya, bisa untuk meningkatkan efisiensi pengumpulan dana. Caranya dengan menggunakan data analytics dan artificial intelligence (AI).
"Ini kebetulan sudah mulai. Data analytics sudah dikumpulkan. AI juga akan diterapkan untuk efektivitas dan identifikasi dari sisi mustahik. Kita juga bisa menggunakan AI chatbot untuk komunikasi dengan pemberi zakat atau untuk memberi edukasi tentang zakat. Dari sinilah kita bisa memanfaatkan AI," ujarnya.
Dari sisi big data analytics, dapat dimanfaatkan untuk membantu kebutuhan di masing-masing daerah dan juga untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang memiliki karakteristik sama. Baznas saat ini juga sedang mengimplementasikan sistem IT dan digital yang berbasiskan cloud, sebagai bagian dari transformasi digital.
Selain itu, Sri menambahkan, sebetulnya efisiensi zakat juga bisa dilakukan dengan mengimplementasikan blockchain meski memang implementasi blockchain ini masih terbilang kompleks. Dia mengatakan, pengelolaan zakat yang berbasis pada blockchain bisa memberikan transparansi kepada muzakki.
Dengan memanfaatkan teknologi blockchain, muzakki bisa mengetahui proses penyaluran zakat hingga diterima oleh mustahik. Namun, blockchain sampai saat ini masih terasosiasikan dengan kripto dan hal inilah yang menjadi kendala.
"Misal sudah sampai di mana zakatnya disalurkan kepada orang yang berhak. Namun, memang, ada kendala dalam mengimplementasikan blockchain, terkait dengan asosiasi bahwa blockchain itu terkait dengan kripto," ucapnya.
Nadratuzzaman menuturkan, melalui kerja sama dengan Telkom, Baznas juga ingin membuat pelatihan agar persoalan ketimpangan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang IT tidak lagi terjadi.
"Sehingga ada standar kompetensinya, lalu dilatih bersama dengan teman-teman dari Telkom dan Baznas. Dengan demikian, tenaga SDM di seluruh Indonesia jadi merata," tuturnya.
Dia meyakini, sinergi dengan Telkom dapat menggulirkan hal-hal bermanfaat untuk bangsa dan negara. "Dengan adanya mahasiswa ini, semakin banyak aktivitas untuk Baznas dan akan semakin banyak manfaat yang bisa kami terima," ujarnya.