REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia akan diuji dengan berbagai hal termasuk dengan anak keturunannya dan hartanya. Misalnya saja, Nabi Nuh diuji dengan anaknya Kan'an yang tak mau mengikuti seruan Nabi Nuh untuk taat pada Allah Ta'ala dan masuk pada golongan orang-orang yang naik dalam bahtera Nabi Nuh.
Lain lagi dengan Nabi Sulaiman yang diberikan anugerah kekuasaan, kekuatan, dan kekayaan yang melimpah. Nabi Sulaiman dapat mengendalikan kekuasaan dan kekayaannya itu sehingga tidak sedikit pun mengganggu ketaatannya pada Allah Ta'ala. Bahkan wasilah kekuasaannya itu, ia mengajak putri Bilqis untuk memeluk Islam.
Terlepas dari kisah-kisah itu, bahwa cinta terhadap harta dan anak adalah cobaan bagi setiap hamba. Bila seorang hamba tak bisa berhati-hati dalam menyikapi harta dan anak-anaknya yang sejatinya semata-mata merupakan titipan dari Allah SWT akan mendatangkan bencana.
Tidak sedikit manusia karena cintanya yang berlebihan kepada harta dan anaknya hingga berani melanggar ketentuan dalam agama. Allah berfirman dalam Alquran surah at-Tagabun ayat 15.
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.
Memiliki harta banyak sebenarnya...