Rabu 30 Aug 2023 13:31 WIB

BRI Cetak Laba Rp 29,56 Triliun Ditopang Kredit Mikro yang Tumbuh 11 Persen

Aset BRI meningkat 9,21 persen year on year (yoy) menjadi Rp 1.805,15 triliun

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Utama BRI Sunarso pada pemaparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal II 2023 pada Rabu (30/8).
Foto: Bank BRI
Direktur Utama BRI Sunarso pada pemaparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal II 2023 pada Rabu (30/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berhasil menjaga kinerja positif hingga akhir Kuartal II 2023. Keberhasilan BRI mengorkestrasi strategi yang dijalankan perseroan tercermin dari kinerja yang sehat dan berkelanjutan,.

Hal tersebut tercermin dari asset yang meningkat 9,21 persen year on year (yoy) menjadi Rp 1.805,15 triliun sehingga BRI berhasil mencetak laba konsolidasian senilai Rp 29,56 triliun atau tumbuh 18,83 persen secara yoy.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BRI Sunarso pada pemaparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal II 2023 pada Rabu (30/8/2023). Sunarso mengungkapkan bahwa faktor utama penopang kinerja BRI diantaranya adalah pertumbuhan kredit mikro dan CASA yang mencapai double digit.

Selain itu juga kualitas aset terjaga, rasio efisiensi yang membaik, proporsi fee-based income yang terus tumbuh konsisten, serta semakin solidnya kinerja perusahaan anak yang tergabung dalam BRI Group.

Keberpihakan Terhadap Segmen Mikro Mendorong Porsi UMKM Terus Naik

Dari sisi penyaluran kredit, hingga akhir Kuartal II 2023 BRI berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp 1.202,13 triliun dengan penopang utama pertumbuhan yakni pada segmen mikro yang tumbuh 11,41 persen yoy menjadi Rp 577,94 triliun. Dengan demikian, porsi kredit mikro telah mencapai 48,08 persen terhadap total penyaluran kredit BRI.

Penyaluran kredit mikro yang tumbuh double digit membuat proporsi kredit UMKM BRI juga terus meningkat. Hingga akhir kuartal II 2023, sebesar 84,48 persen dari total kredit BRI atau senilai Rp 1.015,54 triliun merupakan kredit yang disalurkan kepada segmen UMKM.

“Hal ini menjadi pertama kalinya kredit UMKM BRI menembus di atas Rp 1.000 triliun, dan BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM mencapai 85 persen di tahun 2024”, tambah Sunarso.

Khusus untuk perkembangan Holding Ultra Mikro (UMi), hingga akhir kuartal II 2023 Holding UMi telah berhasil mengintegrasikan lebih dari 36 juta nasabah pinjaman dan 162 juta nasabah simpanan mikro dengan didukung 1.013 unit kantor co-location SENYUM (Sentra Layanan Ultra Mikro).

Kemampuan BRI menyalurkan kredit juga diimbangi oleh Perseroan dengan menjaga kualitas kredit yang disalurkan. NPL BRI pada akhir Kuartal II 2023 tercatat sebesar 2,95 persen atau membaik apabila dibandingkan dengan NPL pada kuartal II 2022 sebesar 3,26 persen. Hal ini membuat Credit Cost BRI menurun, dari semulai 3,11 persen pada kuartal II 2022 menjadi 2,26 persen pada kuartal II 2023.

“Keberhasilan BRI me-manage NPL juga diimbangi dengan pencadangan yang memadai, dimana hingga akhir kuartal II 2023 tercatat NPL Coverage BRI sebesar 248,54 persen,” tambah Sunarso.

Pertumbuhan Berkelanjutan Didukung Penghimpunan CASA dan Efisiensi 

Sementara itu, dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total DPK senilai Rp 1.245,12 triliun. Penopang utama pertumbuhan DPK BRI bersumber pada dana murah (CASA) yang tercatat tumbuh 10,13 persen yoy menjadi Rp 815,42 triliun. Porsi CASA (Giro dan Tabungan) BRI pun terus meningkat, dari semulai 65,12 persen pada kuartal II 2022 menjadi 65,49 persen pada kuartal II 2023.

“BRI memiliki 2 strategi utama untuk mendorong penghimpunan CASA ke depan, yakni fokus pada retensi dan akuisisi. Untuk retensi, strategi BRI akan difokuskan pada transaksi digital, mengoptimalkan value chain nasabah wholesale, serta menggunakan big data untuk memaksimalkan peluang dari nasabah. Sedangkan untuk akuisisi, BRI akan menargetkan ekosistem bisnis serta merchant”, urai Sunarso.

Dari sisi operasional, business process reengineering yang dilakukan mampu meningkatkan efisiensi dalam operasional bisnis BRI. Hal tersebut tercermin dari rasio BOPO dan CIR yang tercatat membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) membaik dari semula 69,56 persen menjadi 67,71 persen dan CIR (Cost to Income Ratio) membaik dari semula 44,30 persen menjadi 41,79 persen.

“Rasio efisiensi BRI yang terus membaik tak lepas dari transformasi digital yang terus dijalankan. BRI sendiri terus mengembangkan area digital melalui 3 fokus yakni Digitizing Core, Digital Ecosystem serta New Digital Proposition. Dan transformasi digital yang dilakukan oleh BRI tidak hanya memberikan dampak dari sisi efisiensi namun juga memberikan dampak signifikan terhadap pencapaian fee-based income perseroan. Dimana fee-based income konsolidasian BRI tercatat tumbuh 9,14 persen yoy menjadi senilai Rp 10,22 triliun”, imbuh Sunarso. 

Hingga akhir kuartal II 2023 likuiditas dan permodalan BRI pun berada di level yang memadai. Hal tersebut tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank sebesar 87,26 persen dengan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 26,65 persen.

“Ditopang oleh likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, BRI optimistis akan mampu mendorong menggerakkan perekonomian nasional melalui pembiayaan dan pemberdayaan UMKM,” tambah Sunarso.

Terus Berkomitmen Dalam Pemberdayaan UMKM

Seiring dengan keberhasilan BRI mempertahankan kinerja keuangan yang berkelanjutan, BRI terus menerapkan penguatan terhadap aspek Environment, Social & Governance (ESG) secara komprehensif dalam kegiatan bisnis maupun operasional perusahaan. Dimana hingga akhir kuartal II 2023, porsi kredit ESG BRI telah mencapai 67,2 persen dari total portofolio kredit, atau senilai Rp732,3 triliun.

Aspek sosial melalui pemberdayaan UMKM menjadi penopang utama pertumbuhan kredit berbasis ESG BRI. “Tak hanya memberikan akses pembiayaan kepada segmen UMKM, BRI juga melakukan program pemberdayaan diantaranya Desa Brilian, Program Klasterku Hidupku dan Rumah BUMN dengan tujuan mendorong para pelaku UMKM tersebut agar naik kelas”, ungkap Sunarso.

Misalnya pada program Desa BRILian, dimana hingga akhir Kuartal II 2023 BRI telah memiliki 2.449 desa binaan di seluruh Indonesia. Desa-desa tersebut mendapatkan berbagai pelatihan dari BRI diantaranya manajemen keuangan, literasi digital, kewirausahaan, komunikasi dan lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan kapabilitas perangkat desa, pengurus BUMDes dan pelaku UMKM di desa.

Untuk program klasterku hidupku, saat ini BRI telah memberdayakan 17.418 klaster usaha di seluruh Indonesia, dan klaster-klaster ini setidaknya telah mendapatkan 1.155 pelatihan dan literasi serta 372 bantuan sarana prasarana produktif.

Dan selanjutnya program Rumah BUMN. BRI telah memiliki 54 Rumah BUMN, yang menaungi lebih dari 400 ribu pelaku UMKM dan telah melaksanakan lebih dari 10 ribu pelatihan.

“Penerapan prinsip-prinsip sustainable banking yang BRI lakukan diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, serta dapat berkontribusi dalam mewujudkan visi perusahaan menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion di tahun 2025”, pungkas Sunarso.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement