REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kepala jaksa Libya akan membentuk misi pencarian fakta untuk menyelidiki pertemuan rahasia antara menteri luar negeri Israel dengan menteri luar negeri Libya. Pertemuan pada 22 Agustus tersebut menyebabkan kegemparan di seluruh negara Afrika Utara.
Menteri Luar Negeri Libya, Najla Mangoush, dan Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen melakukan pertemuan rahasia di Roma. Ini adalah pertemuan pertama antara diplomat terkemuka Libya dan Israel.
Libya mengkriminalisasi hubungan dengan Israel berdasarkan undang-undang tahun 1957. Negara kaya minyak ini telah lama memusuhi Israel dan mendukung Palestina.
Dalam pernyataan singkatnya pada Sabtu (2/9/2023), Jaksa Agung Al-Sediq al-Sour mengatakan, misi pencarian fakta tersebut akan menyelidiki pelanggaran aturan Libya yang memboikot Israel. “Tim juga akan menyelidiki sejauh mana kerugian terhadap kepentingan Libya akibat pertemuan Mangoush-Cohen," ujar al-Sour.
Libya terjerumus ke dalam kekacauan setelah pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan diktator lama Moammar Gadhafi pada tahun 2011. Selama bertahun-tahun, negara ini terpecah antara pemerintah yang didukung Barat di Tripoli dan pemerintahan saingannya di timur negara itu. Masing-masing pihak didukung oleh kelompok bersenjata dan pemerintah asing.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Ahad (3/9/2023) sesalkan pertemuan rahasia antara menteri luar negerinya dengan menteri luar negeri Libya. Pertemuan itu telah menyebabkan reaksi keras di Tripoli.
Kantor Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen pada 26 Agustus mengumumkan pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Libya, Najla Mangoush di Italia pada awal bulan ini. Pertemuan itu menjadi pemberitaan utama di media Israel.
Berita tersebut memicu protes di Libya, yang tidak mengakui Israel dan memiliki sentimen pro-Palestina yang kuat. Perdana Menteri Libya, Abdulhamid al-Dbeibah langsung memecat Mangoush.
“Saya telah mengeluarkan arahan kepada semua menteri di pemerintahan kita bahwa pertemuan semacam ini harus disetujui terlebih dahulu oleh kantor saya, dan tentu saja publikasinya harus disetujui terlebih dahulu oleh kantor saya," ujar Netanyahu dalam wawancara dengan televisi Siprus, ANT1.
Para analis mengatakan, Dbeibah dan para pemimpin Libya lainnya telah berusaha membangun hubungan dengan Israel. Libya berharap Amerika Serikat, yang memandang normalisasi hubungan Arab dengan Israel sebagai prioritas, akan mendukung mereka dalam perpecahan politik internal Libya.
Israel berharap melalui pembicaraan rahasia dengan negara Arab hubungan mereka akan berkembang menjadi normalisasi penuh. Netanyahu menyebut penanganan pertemuan Cohen-Magoush sebagai pengecualian terhadap aturan tersebut.
Dalam unggahan di media sosialnya pada tanggal 28 Agustus, Cohen membela kementeriannya karena selalu bekerja secara terbuka dan rahasia, serta dengan berbagai cara yang bijaksana, untuk meningkatkan hubungan luar negeri Israel. Pertemuan tersebut telah memicu badai kemarahan dan protes di Libya. Perdana Menteri Libya, Abdul Hamid Dbeibeh langsung memecat menteri luar negerinya. Libya tidak mengakui Israel dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Tel Aviv. Hukum Libya melarang untuk menjalin hubungan dengan Israel.