Jumat 08 Sep 2023 16:50 WIB

Penyebab Penjudi tak Bisa Hentikan Keinginan Berjudi

Organ otak memiliki reward system yang memudahkan orang merasa nyaman saat berjudi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan (ketiga kiri) didampingi Wakil Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes. Pol. Dani Kustoni (kedua kiri) memberikan keterangan pers saat Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dalam ungkap kasus di Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Jumat (8/9/2023). Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri berhasil amankan 11 orang tersangka TPPU terkait judi online dengan menyita barang bukti berupa 12 laptop, 21 unit handphone, dan satu kotak kartu simcard yang merupakan hasil patroli rutin untuk memberantas perjudian online.
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan (ketiga kiri) didampingi Wakil Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes. Pol. Dani Kustoni (kedua kiri) memberikan keterangan pers saat Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dalam ungkap kasus di Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Jumat (8/9/2023). Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri berhasil amankan 11 orang tersangka TPPU terkait judi online dengan menyita barang bukti berupa 12 laptop, 21 unit handphone, dan satu kotak kartu simcard yang merupakan hasil patroli rutin untuk memberantas perjudian online.

REPUBLIKA.CO.ID, Penyebab seorang penjudi tak bisa menghentikan keinginan berjudi adalah karena terjadi disregulasi di bagian otak. Bagian otak yang terdampak adalah ventromedial prefrontal cortex (vmPFC) dan orbitofrontal cortex (OFC).

Hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis kesehatan jiwa lulusan Universitas Indonesia dr Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ(K), MPH, dalam sebuah seminar kesehatan jiwa pada Kamis (8/9/2023). VmPFC terlibat dalam berbagai fungsi sosial, kognitif, dan afektif, sementara OFC bertanggung jawab dalam proses kognitif pengambilan keputusan sehingga dampaknya bukan hanya seseorang tidak bisa menghentikan impuls berjudi tetapi juga mengalami masalah dalam fungsi kognitif lainnnya.

Baca Juga

"Dia tidak bisa mengatur waktu, sudah berapa lama tidak tidur, tidak mampu berpikir secara jernih karena fungsi kognitifnya terganggu, lalu tidak mampu merencanakan sesuatu dengan baik," ujar Adhi. 

Adhi, yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, mengatakan, organ otak memiliki sistem reward (imbalan) yang memudahkan orang merasa nyaman dan semangat saat berjudi. "Reward system yang ada di otak saat seseorang yang menggunakan narkoba, dia akan merasa senang sekali, jalur yang sama dengan pada adiksi perilaku seperti judi," kata Adhi.

Selain itu, saat ini ada ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang berjudi, salah satunya kemudahan akses. Dulu, seseorang harus mengunjungi kasino untuk berjudi atau membeli lotre, tapi saat ini dengan kemudahan teknologi, dia hanya perlu mengandalkan gawai.

Selain itu, situasi ekonomi yang menurut sebagian orang sulit, juga dapat menjadi penyebab. Sebagian orang ingin cepat kaya dengan cara instan.

Adhi, merujuk pengalaman dia dan rekan-rekan sejawatnya saat praktik, menuturkan judi sudah merasuk ke semua kalangan baik menengah atas maupun bawah.

"Memang mulai dari kalangan atas sampai menengah bawah terdampak mengenai ekonomi. Orang ingin cepat kaya dengan cara cepat. Gambling (judi) itu dengan Rp 200 ribu taruhannya hanya Rp200," tutur Adhi.

Menurut Adhi, berdiskusi dengan psikiater atau psikolog klinis untuk mendapat psikoterapi bisa menjadi cara mengatasi kecanduan berjudi. Adhi menuturkan, psikiater bisa membantu mengubah pola pikir penjudi sehingga bisa berpikir lebih jernih dan mengambil keputusan dengan tepat serta berhenti berjudi.

Selain itu, terapi lain yang bisa diupayakan yakni terapi pasangan dan keluarga mengingat pasangan dan keluarga menjadi pihak-pihak terdampak. Dia menuturkan pasangan pasien penjudi kadang-kadang terguncang.

Dalam suatu kasus, dia menemukan seorang istri yang mengalami ketakutan luar biasa karena rumahnya hampir setiap hari didatangi agen penagih utang. Dalam sesi terapi pasangan, pasangan pasien bisa diajak berdiskusi terkait cara agar pasangannya tidak terpengaruh atau berjudi lagi. Namun, Adhi mengakui tantangan ini besar sekali salah satunya mengingat saat ini mudahnya orang berjudi bahkan bermodalkan gawai dan internet.

"Semuanya bermuara pada individu itu mau berubah atau tidak, memikirkan dampaknya pada keluarga," kata Adhi.

Pada kasus tertentu, penjudi bisa datang berkonsultasi dengan masalah berat seperti halusinasi, paranoid, depresi berat. Sehingga, para psikiater akan memberikan obat sesuai dengan gejala klinisnya seperti antidepresan, antipsikotik atau lainnya.

Dampak negatif judi

Adhi mengatakan judi berdampak negatif tidak hanya saat ini pada si penjudi tetapi juga pada generasi setelahnya termasuk anak dan cucu. Dampak ini bisa secara finansial misalnya. Studi menunjukkan bahwa satu dari lima penjudi mengalami masalah finansial, jatuh miskin dan tidak punya uang sama sekali.

Kemudian penjudi juga mengalami masalah relasi, masalah psikologis yakni depresi, gangguan tidur, bunuh diri, lalu masalah fisik karena tidak peduli dengan kesehatannya, tidak tidur dan tidak makan teratur.

"Masalah kriminal juga sering bersamaan dengan kebiasaan judi, karena uang habis mengambil milik orang lain, kemudian karir yang hancur," kata Adhi yang pernah menangani pasien penjudi yang kehilangan hingga Rp5 miliar itu. 

Dia lalu menyarankan orang-orang memperkuat ketahanan mental, kemampuan menyaring hal-hal yang baik dan buruk, berteman dengan dengan orang-orang yang membawa aura kebaikan itu memengaruhi mental seseorang sebagai upaya mencegah melakukan judi.

"Kemudian, menjauhi hal-hal buruk. Misalnya tidak perlu mengunduh game berbau perjudian, trading-trading yang ada unsur perjudiannya, dibutuhkan kebijakan kita dan kemampuan belajar," kata dia.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement