Senin 11 Sep 2023 06:45 WIB

Poin-Poin Penting KTT G20 di New Delhi

Bagi Perdana Menteri Narendra Modi, KTT G20 peluang untuk meningkatkan posisi India.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri India Narendra Modi (kanan) berbicara pada sesi pertama KTT G20, di New Delhi, India, Sabtu, (9/9/2023).
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Perdana Menteri India Narendra Modi (kanan) berbicara pada sesi pertama KTT G20, di New Delhi, India, Sabtu, (9/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Para pemimpin negara anggota G20 telah mengakhiri pertemuan puncak di ibu kota India pada Ahad (10/9/2023). Mereka mencoba mengatasi perpecahan mendalam terkait perang di Ukraina untuk menghasilkan komunike dan bergerak maju dalam isu-isu seperti merombak lembaga-lembaga internasional, seperti Bank Dunia.

Mereka juga secara resmi mengakui Uni Afrika ke dalam blok tersebut agar kelompok tersebut lebih representatif.

Baca Juga

Bahasa lebih lembut dalam perang Ukraina

Negara-negara G20 sepakat bahwa negara tidak dapat merebut wilayah lain dengan kekerasan dan menyoroti penderitaan rakyat Ukraina. Namun, mereka menghindari kritik langsung terhadap Rusia atas perang tersebut.

Deklarasi tersebut dipandang sebagai pelunakan posisi yang diambil G20 pada tahun lalu. Ketika KTT G20 diadakan di Indonesia, mereka mengutuk Rusia atas perang tersebut dan menuntut agar pasukan Rusia menarik diri dari Ukraina.

Para diplomat mengatakan, Rusia tidak akan pernah menerima kecaman langsung. Di samping itu, deklarasi terbaru ini tetap merupakan hasil yang sukses karena semua orang termasuk Rusia berkomitmen untuk tidak merebut wilayah tersebut dengan kekerasan.

Tuan rumah India, bersama Brasil, Indonesia, dan Afrika Selatan memainkan peran penting dalam menghindari perpecahan G20 akibat konflik Ukraina. Kesuksesan itu mencerminkan semakin besarnya kekuatan negara-negara berkembang di Global South dalam kelompok tersebut.

Persatuan Afrika di dalam G20

Uni Afrika yang beranggotakan 55 negara secara resmi menjadi anggota tetap G20. Posisi alinasi itu setara dengan Uni Eropa.

Sebelum Uni Afrika bergabu, hanya Afrika Selatan yang menjadi anggota G20. Masuknya Uni Afrika akan memberikan suara yang lebih besar kepada negara-negara Global South dalam G20, dengan negara-negara G7 telah lama memainkan peran dominan.

Langkah ini juga dilakukan setelah BRIC diperluas hingga mencakup Arab Saudi dan Iran di antara enam negara lain yang bergabung. Penambahan anggota dalam alinasi yang sebelumnya hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan ini dipandang sebagai upaya Cina untuk menjadikannya alternatif bagi G20.

AS, Arab Saudi dan India bergabung untuk koridor transportasi

Para pemimpin AS, India, dan Arab Saudi antara lain mengumumkan rencana untuk membangun jalur kereta api dan pelabuhan antara Timur Tengah dan Asia Selatan. Rute ini pada akhirnya akan menyambung ke Eropa.

Menurut Presiden AS Joe Biden, kesepakatan itu merupakan kesepakatan yang sangat besar. Pemerintahan Biden berupaya melawan dorongan Cina terhadap infrastruktur global melalui Belt and Road Initiative. Kerja sama itu menjadikan Washington sebagai mitra dan investor alternatif bagi negara-negara berkembang di  G20.

Tapi hingga pertemuan KTT G20 berakhir, tidak ada rincian mengenai pembiayaan atau kerangka waktu untuk proyek tersebut. Padahal proyek ini melibatkan pembangunan jalur kereta api di Timur Tengah dan kemudian menghubungkannya ke India melalui pelabuhan.

Kemajuan peningkatan perubahan iklim

Para pemimpin G20 pun sepakat untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan secara global hingga tiga kali lipat pada 2030. Mereka menerima kebutuhan untuk menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap, meski masih tidak berhasil menetapkan tujuan utama iklim.

Kelompok ini tidak memberikan rencana apa pun untuk mengubah kebijakan dan target yang berguna mencapai tujuan peningkatan energi terbarukan. G20 juga mengatakan diperlukan dana sebesar 4 triliun dolar AS per tahun untuk membiayai transisi energi ramah lingkungan, meski tanpa rincian lebih lanjut. Pertimbangan G20 ini diawasi dengan ketat menjelang KTT iklim PBB COP28 di Uni Emirat Arab akhir tahun ini.

Modi meningkatkan posisi India

Bagi Perdana Menteri India Narendra Modi, kepemimpinan G20 merupakan kesempatan selama setahun untuk menunjukkan India sebagai kekuatan diplomatik dan ekonomi yang berpengaruh. New Delhi juga mencoba mendorong arus investasi dan perdagangan ke negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.

Hal ini juga memberi Modi wadah untuk meningkatkan posisinya di dalam negeri. Dia berupaya mendapatkan masa jabatan ketiga dalam pemilu beberapa bulan ke depan.

Gambar Modi telah terpampang di papan iklan G20 di seluruh ibu kota dan di tempat konferensi KTT yang luas dan megah. Bagi para pendukungnya, keberhasilan pertemuan puncak ini menunjukkan momen besar bagi India telah tiba. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement