Senin 11 Sep 2023 19:47 WIB

Warganet: Mengapa Prewedding Pakai Konsep Korea dan Gunakan Flare di Bromo?

Warganet mempertanyakan konsep pasangan yang pakai konsep Korea dan flare di Bromo.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Bilal Ramadhan
Polres Probolinggo menetapkan satu tersangka dalam kebakaran di Gunung Bromo.
Foto: Tangapan layar di Instagram Polres Probolingg
Polres Probolinggo menetapkan satu tersangka dalam kebakaran di Gunung Bromo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kebakaran di wisata Gunung Bromo masih menyisakan kekesalan bagi warga Indonesia khususnya warganet di media sosial. Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (BB TNBTS) telah menutup total seluruh akses masuk ke kawasan wisata Gunung Bromo.

Sebelumnya, telah terjadi kebakaran lahan dan hutan di Blok Savana Lembah Watangan/Bukit Teletubbies pada 6 September lalu. Kebakaran tersebut diduga karena aksi pemotretan prewedding yang menggunakan flare atau suar.

Baca Juga

Para pelaku sudah diamankan dan satu di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Probolinggo. Warganet pun geram dan tak habis fikir dengan tingkah laku yang menyalakan flare di siang hari bolong. Mereka kemudian menguliti satu persatu dari fotografer, dan dua orang lainnya.

"Fotografer kurang pintar ini, di tahun 2023 daripada foto dengan konsep flare beresiko gini, kenapa gak coba pakai "Generative Fill" dari Photoshop dah, modal ketik doang padahal. Cuan dapet, client bahagia, alam gak jadi rusak, dah lah," kata akun X @kevinpramudya_ dikutip Republika di Jakarta pada Senin (11/9/2023).

"Gue masih gak paham konsep prewed di Bromo ini. Pake winter outfit di savana. Pake flare di siang hari. Output yang mau di kejar tuh gimana? Moodboard-nya apa? Vendor photography-nya ini ngasal bener bikin konsep. Ngejer konsep jelek gini sampai bikin 50 hektar yang kebakar," kata komentar lain di X.

Warganet lain juga membeberkan hasil foto prewed di X yang justru menurut warganet hasilnya kurang maksimal. "Sorry to say, jelek banget konsepnya. Padahal gak pake flare sudah bagus lho. Outfit ala-ala Korea tapi pakai flare sih aneh banget," kata salah satu komentar di X.

Warganet juga menguliti akun sosial media yang diduga milik dari wedding organizer yang menyebabkan kebakaran di Bromo. Akun twitter @brigittasiw membagikannya.

"Tersangkanya Andrie Wibowo Eka Wardhana. Kemungkinan besar yg punya akun http://awpictures.id (sekarang udah deadactive) soalnya tahun 2017 & 2019 pernah ngefotoin clientnya dengan konsep pake flare juga," kata akun tersebut.

Akun instagram manajer WO yang ditetapkan sebagai tersangka bernama @andrie_wibowo. Namun sayangnya, setelah Republika pantau, akun tersebut sudah dikunci.

Kobaran api kembali menyala di kawasan Gunung Bromo pada Kamis (7/9/2023) lalu. Si jago merah bermula muncul di sekitar area Padang Savana, Bukit Teletubbies, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Diketahui, kebakaran tersebut diduga terjadi akibat ulah pengunjung yang kurang bertanggung jawab.

Dari informasi pihak berwenang, sebanyak enam pengunjung tengah menggelar foto prewedding dengan konsep menyalakan flare. Percikan api yang berasal dari flare pengunjung itu menyulut kebakaran.

Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menyatakan, kawasan wisata Gunung Bromo ditutup total mulai 6 September 2023 hingga waktu yang belum ditentukan. Penutupan itu sehubungan dengan adanya kebakaran hutan yang terjadi di blok savana lembah Watangan atau Bukit Teletubbies.

Pihak TNBTS mengimbau kepada masyarakat, pengunjung, dan pelaku jasa wisata untuk menjaga Kawasan TNBTS dari kebakaran hutan. Salah satu caranya dengan tidak menyalakan api dan sejenisnya seperti petasan, kembang api, dan flare. Hal ini penting demi keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bersama.

Di samping itu, masyarakat juga diminta untuk segera melaporkan kepada petugas jika menemukan titik api di dalam kawasan TNBTS. Langkah tersebut perlu dilakukan guna mencegah kebakaran lebih besar di kawasan Gunung Bromo.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement