Kamis 14 Sep 2023 11:58 WIB

Jokowi Yakin Industri Mebel Bisa Jadi Sektor Unggulan Indonesia

Indonesia memiliki bahan baku yang cukup dan sumber daya manusia yang siap.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolandha
Perajin membentuk kayu di bengkel bubut kayu, Bambu Apus, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (8/7/2021). Di tengah masa pandemi COVID-19, UMKM seni bubut kayu ini tetap stabil menjalankan bisnisnya karena masih banyaknya pesanan dari sejumlah apartemen untuk interior ruangan serta permintaan dari pengusaha meubel yang dijual dari harga Rp10 ribu hingga Rp2 juta tergantung tingkat kesulitan.
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Perajin membentuk kayu di bengkel bubut kayu, Bambu Apus, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (8/7/2021). Di tengah masa pandemi COVID-19, UMKM seni bubut kayu ini tetap stabil menjalankan bisnisnya karena masih banyaknya pesanan dari sejumlah apartemen untuk interior ruangan serta permintaan dari pengusaha meubel yang dijual dari harga Rp10 ribu hingga Rp2 juta tergantung tingkat kesulitan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong agar para pelaku industri mebel di Indonesia serius menggarap industri ini. Sebab, Jokowi meyakini, industri mebel bisa menjadi sektor unggulan karena Indonesia memiliki bahan baku yang cukup dan sumber daya manusia yang siap hingga kekayaan seni budaya.

Hal ini disampaikan Jokowi saat peresmian pembukaan Indonesian Furniture Industry and Handicraft Association (IFFINA) Tahun 2023 di Kabupaten Tangerang, Kamis (14/9/2023). “Kita patut bersyukur Indonesia memiliki keunggulan baik dari sisi bahan baku, dari sisi sumber daya manusia dan juga kekayaan seni budaya kita. Inilah modalitas utama kita di bidang industri mebel. Sehingga saya yakin jika digarap secara serius, industri ini akan menjadi unggulan kita,” ujar Jokowi.

Baca Juga

Ia menyampaikan, potensi pasar mebel dunia sebesar 766 miliar dolar AS. Sedangkan potensi pasar yang diraih Indonesia sendiri baru mencapai 2,8 miliar dolar AS pada 2022.

“Artinya, masih sangat kecil sekali. Dan kita untuk Indonesia ini ranking 17, di bawah Vietnam yang ranking ke 2, di bawah Malaysia yang ranking 12. Padahal kita sumber dayanya, bahan baku, SDM kita sebetulnya sangat siap,” jelas Jokowi.

Jokowi kemudian menyampaikan, bahwa Indonesia sempat merajai pameran mebel di luar negeri sekitar tahun 1990-an. Namun kini Indonesia malah semakin kalah saing dengan negara-negara lainnya.

Menurut dia, hal ini disebabkan karena para pelaku industri mebel di Indonesia tidak mau berpartner dengan industri atau perusahaan mebel dari luar negeri.

“Menurut saya karena kita tidak mau berpartner. Menurut saya. Negara lain saling berpartner, sehingga tadi yang disampaikan Pak Dedi betul, harus terbuka, mau berpartner dengan industri, perusahaan-perusahaan mebel dari luar. Entah dari Eropa, entah dari Amerika, entah dari China. Kita harus terbuka, jangan dimiliki sendiri lah perusahaan itu, terbuka dan mau berpartner,” ujar dia.

Selain itu, Jokowi juga menyampaikan bahwa pemerintah akan terus mendorong agar pasar di dalam negeri tidak dikuasai produk-produk mebel dari luar. Sebab, potensi belanja APBN, APBD, hingga BUMN untuk menyerap produk-produk furniture sangatlah besar.

Karena itu, ia juga mendorong pelaku industri agar segera memasukkan produk-produk mebel dalam negeri ke dalam e-katalog.

“Karena kalau kita gabung belanja APBN, APBD maupun BUMN belanja kita di 2023 itu sudah mencapai belanja Rp 1.236 triliun. Rp 1.236 triliun. Belanja ini bukan hanya mebel dan mebel tadi disampaikan pak Dedi kurang lebih 1,1 berarti itu Rp 17 triliun. Gede banget. Dan banyak diisi oleh furniture import,” ungkap Jokowi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement