REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Para pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan, Cina telah menghentikan operasi balon mata-matanya di negara tersebut. Awal tahun AS menembak jatuh balon udara milik Negeri Tirai Bambu yang dituduh melakukan aktivitas pengintaian.
Dilaporkan New York Times, beberapa pejabat AS pada Jumat (15/9/2023), mengungkapkan, mereka tidak tahu berapa lama Cina akan menghentikan operasi balon mata-matanya. Namun mereka yakin, Beijing bakal segera melanjutkannya kembali.
Pada 4 Februari 2023 lalu, AS menembak jatuh balon udara milik Cina yang telah terbang di wilayahnya selama beberapa hari. Washington menuduh balon tersebut melakukan aktivitas pengintaian atau mata-mata. Salah satu wilayah yang dilintasi balon tersebut adalah Montana, yakni rumah bagi salah satu dari tiga ladang silo rudal nuklir di Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom.
AS menyebut masuknya balon Cina ke wilayahnya merupakan pelanggaran yang tak dapat diterima. Jet tempur AS menembak jatuh balon tersebut di lepas pantai Carolina Selatan. Pada 3 Februari 2023, Pemerintah Cina mengonfirmasi bahwa balon udara yang memasuki wilayah AS adalah miliknya. Namun Beijing membantah tuduhan AS yang menyebut balon itu melakukan aktivitas pengintaian.
“Pesawat itu dari Cina dan bersifat sipil, digunakan untuk meteorologi serta penelitian ilmiah lainnya. Karena pengaruh angin barat dan kemampuan kontrolnya yang terbatas, pesawat itu menyimpang dari jalur yang dimaksudkan,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina dalam sebuah pernyataan.
Keputusan AS menembak jatuh balon udara tersebut membuat Cina berang. Kejadian itu seketika meningkatkan ketegangan hubungan antara Washington dan Beijing. Kedua negara itu diketahui telah terlibat pertentangan dalam beberapa isu, antara lain terkait Taiwan dan persengketaan klaim di Laut Cina Selatan.