Jumat 22 Sep 2023 22:44 WIB

Presiden COP28 Minta Negara-Negara di Dunia Percepat Transisi Energi Atasi Krisis Iklim

Negara-negara di dunia harus bisa kurangi 22 gigaton emisi gas dalam tujuh tahun.

Presiden COP28 Sultan Ahmed Al Jaber
Foto: EPA-EFE/ALI HAIDER
Presiden COP28 Sultan Ahmed Al Jaber

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden COP28 Sultan Ahmed Al Jaber mengajak seluruh dunia untuk lebih 'berani' dan 'tegas' serta kembali pada jalur yang tepat untuk bisa memenuhi ambisi iklim sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015. Saat menyampaikan pidatonya dalam Konferensi Aksi Iklim PBB di New York, Rabu (20/9/2023), Al Jaber mengatakan bahwa dunia bukan tidak berdaya untuk mengatasi krisis iklim.

"Negara-negara hanya perlu berpikir melampaui batas negara, kepentingan politik, dan masa hidupnya sendiri," katanya dalam siaran pers COP28 yang diterima di Jakarta, Jumat(22/9/2023). 

Baca Juga

Pidato Al Jaber pada Konferensi Ambisi Iklim PBB disampaikan 71 hari sebelum COP28, sebuah konferensi iklim tingkat global, dilaksanakan pada 30 November–12 Desember di Dubai, Uni Emirat Arab (UAE).

Konferensi tersebut, yang dilaksanakan di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB dan diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dihadiri oleh para pemimpin dunia, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Pada konferensi itu, Al Jaber, merujuk pada data terbaru dari Global Stocktake, mengatakan bahwa dunia sedang berada dalam ambang kehancuran, dan kita tidak memiliki banyak waktu lagi.

Untuk itu, dia mengajak dunia untuk mengubah ambisi menjadi aksi agar bisa mengurangi 22 gigaton emisi gas dalam tujuh tahun depan demi menjaga suhu bumi tetap berada pada batas 1,5 derajat Celsius.

Dia pun mengajak seluruh peserta yang hadir dalam konferensi tersebut untuk membuat komitmen yang dapat ditindaklanjuti, termasuk mempercepat transisi energi yang adil dan terarah, memperbaiki pendanaan iklim, serta berfokus pada kehidupan manusia. Al Jaber mengatakan bahwa pengurangan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap sangatlah penting dan tak bisa dihindari.

Dia meminta para pihak menjalankan tanggung jawabnya menuju ekspansi besar-besaran untuk beralih dari energi fosil ke energi terbarukan. Terkait pendanaan iklim, Al Jaber mengatakan perlunya memulihkan kepercayaan antarpihak dan negara-negara yang berkontribusi untuk memenuhi janji pendanaan iklim sebesar 100 miliar dolar AS tahun ini.

“Jika kita ingin mendapatkan triliunan dolar, kita perlu mengeluarkan seluruh potensi modal swasta,” katanya.

Dia juga menyerukan reformasi pada lembaga keuangan internasional yang sudah ketinggalan zaman guna menciptakan ekosistem di mana pendanaan lebih tersedia, lebih mudah diakses dan lebih terjangkau.

"Selain itu, aksi iklim juga harus dibarengi dengan menempatkan manusia, kehidupan, dan mata pencaharian sebagai pusat diskusi iklim," kata Al Jaber.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, saat menutup Konferensi Aksi Iklim PBB, menyatakan bahwa menjaga suhu Bumi pada batas 1,5 derajat Celsius bisa tercapai selama ada komitmen dan aksi nyata dari pemerintah, perusahaan, dan para pemilik aset. Dia mengatakan, telah melihat sudah banyak perusahaan, pemilik aset serta lembaga keuangan yang telah menyelaraskan strateginya untuk menjaga suhu bumi pada batas 1,5 derajat Celsius.

“Jika para pelaku dan penggerak utama ini bisa melakukannya, maka semua orang bisa melakukannya. Kita perlu menciptakan lingkungan yang tepat, ekosistem yang tepat,” ucapnya, seperti dikutip dari transkrip resmi PBB, Jumat (22/9/2023).

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement