Kamis 28 Sep 2023 03:10 WIB

Pecinta K-pop, Seniman Kaligrafi Korea Kang Byung-in Ajari Sejarah Hangul di IIBF 2023

Seniman kaligrafi Korea jelaskan perbedaan kaligrafi dan tulisan tangan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Seniman kaligrafi Korea, Kang Byung-in tampil dalam Calligraphy Peformance di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2023, di ICE BCD City, Tangerang, Rabu (27/9/2023).
Foto: Republika/ Umi Nur Fadhilah
Seniman kaligrafi Korea, Kang Byung-in tampil dalam Calligraphy Peformance di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2023, di ICE BCD City, Tangerang, Rabu (27/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah pertunjukan kaligrafi yang menginspirasi, seorang seniman kaligrafi dari Korea, Kang Byung-in berbicara tentang seni mencipta kata, sejarah tulisan hanggul, dan maknanya dalam komunikasi manusia. Dia memulai dengan menjelaskan perbedaan antara tulisan tangan (handwriting) dan kaligrafi.

Menurut dia, kedua jenis tulisan ini memiliki keindahan tersendiri, tetapi kaligrafi lebih dari sekadar keindahan visual. Dalam tradisi kaligrafi Asia, seperti yang terlihat di Jepang, Cina, dan Korea, tulisan tidak hanya dinilai dari segi estetika, tetapi juga dari pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya.

Baca Juga

“Kalau di Asia, sebenarnya kita tidak hanya melihat keindahan dari tulisan itu, tapi kita juga mau melihat makna, apa yang penulis mau sampaikan,” kata Kang dalam “Calligraphy Performance” di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2023, ICE BSD City, Tangerang, Rabu (27/9/2023).

Kang juga mengamati perbedaan dalam penggunaan alat tulis di berbagai budaya. Di Barat, alat tulis seperti pena sering digunakan untuk kaligrafi, sedangkan di Asia, terutama Korea, Cina, dan Jepang, kuas adalah alat utama untuk menulis. Penggunaan kuas memungkinkan ekspresi yang lebih mendalam, karena tekanan kuas dapat menggambarkan perasaan penulis seperti kesedihan atau kebahagiaan.

Selain alat tulis, Kang juga menyoroti pentingnya pemahaman tentang sejarah tulisan dalam seni kaligrafi. Dia mencatat bahwa dalam sejarah, alat tulis telah berkembang, dan setiap alat memiliki karakteristik dan tekniknya sendiri. Belajar dari sejarah adalah langkah awal sebelum seseorang dapat mengimprovisasi dalam seni kaligrafi.

Kang juga berbicara tentang Hangul, abjad Korea yang diciptakan oleh Raja Sejong sebagai upaya untuk memudahkan komunikasi antara bangsawan dan rakyat biasa. Hangul dirancang agar mudah dipelajari, sehingga orang yang bisa membaca dapat mempelajarinya dalam satu hari, sedangkan yang tidak bisa butuh waktu 10 hari. 

Hangul memiliki tiga elemen penting: suara awal, suara tengah, dan suara akhir, yang membentuk dasar dari sistem penulisan yang terstruktur.

Kang menyatakan bahwa tulisan, terutama kaligrafi, adalah cara untuk mengungkapkan pikiran dan energi yang berasal dari diri kita. Dalam kaligrafi, kata-kata bukan hanya mengandung makna verbal, tetapi juga mengungkapkan energi dan emosi penulisnya. Seni tulis, seperti yang dinyatakan Kang, adalah ekspresi energi yang keluar dari diri kita. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement