REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional pekan ini memperingati 20 tahun penemuan manusia purba kecil asal Flores. Temuan yang di dunia ilmiah disebut sebagai Homo floresiensis, sementara di publik lebih dikenal sebagai ‘hobbit’ asal Flores, atau manusia kerdil dari Flores. Julukan ‘hobbit’ mengacu dari kisah yang ditulis oleh pengarang Inggris JRR Tolkien dalam bukunya The Hobbit dan The Lord of the Rings.
Homo floresiensis ditemukan di kedalaman 5,9 meter di situs Liang Bua, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Ada sembilan individu yang ditemukan. Satu individu, perempuan, ditemukan nyaris lengkap. Yang unik adalah tinggi dari individu ini hanya 106 cm dengan tengkorak yang kecil. Dalam foto yang disiarkan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional diperlihatkan bahwa tengkorak Homo floresiensis hanya sebesar telapak tangan orang dewasa.
Tapi uniknya lagi, tak jauh dari lokasi Liang Bua, di masa modern ini berdiri Dusun Rampassasa. Ada 32 orang di dusun tersebut, seperti dikutip dari Antara pada 2016, yang memiliki tinggi tubuh hanya 148 cm. Apakah mereka ini merupakan keturunan langsung dari hobbit Flores?
Peneliti senior Lembaga Eijkman Prof Herawati Sudoyo tegas mengatakan tidak. Warga Dusun Rampassasa yang kerdil, secara genetik, kata dia, tidak berbeda dengan populasi manusia Indonesia lainnya. Peneliti juga mencermati DNA dari puluhan warga Dusun Rampassasa itu dan menegaskan tidak ada hubungannya.
Menurut peneliti, DNA warga Dusun Rampassasa terbukti memiliki hubungan dari fosil manusia purba lainnya yakni jenis neanderthal dan denisovans. Hubungan DNA ini juga terlihat mendominasi populasi manusia modern di Asia Tenggara.
Tapi bagaimana dengan warga Rampassasa yang tingginya hanya 140-an cm itu? Peneliti meyakini, perawakan pendek tersebut merupakan seleksi alam dari keterbatasan manusia yang hidup di lingkungan tersebut, yang kemudian memengaruhi variasi generasi selanjutnya.