REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Direktur Institut Penelitian Perdamaian di Oslo, Henrik Urdal mengatakan, Hadiah Nobel Perdamaian yang diraih oleh aktivis hak perempuan Iran, Narges Mohammadi, sangat penting untuk merayakan pencapaian para pembela hak asasi manusia. Khususnya pembela hak-hak perempuan di Iran.
“Ini adalah penghargaan yang juga berfokus pada pengorbanan generasi muda di Iran. Ini adalah cara untuk menggarisbawahi pengorbanan mereka dan tantangan yang dihadapi para pembela hak asasi manusia di Iran,” kata Urdal, dilaporkan Aljazirah, Jumat (6/10/2023).
Direktur Interim Front Line Defenders, Olive Moore mengatakan, Hadiah Nobel Perdamaian ini merupakan pengakuan besar terhadap Mohammadi dan perempuan pembela hak asasi manusia lainnya yang mengorbankan kebebasan pribadi. Mereka dengan berani mengadvokasi perempuan Iran untuk menikmati hak asasi manusia dan kebebasan secara penuh.
Mohammadi (51 tahun) adalah salah satu aktivis hak asasi manusia terkemuka di Iran yang berkampanye untuk hak-hak perempuan dan penghapusan hukuman mati. Dia saat ini menjalani beberapa hukuman di penjara Evin yang terkenal di Teheran dengan total hukuman 12 tahun penjara. Salah satu tuduhan yang dihadapi Mohammadi adalah menyebarkan propaganda melawan negara.