REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tak lama setelah serangan mengejutkan dari pejuang Hamas ke Israel, Amerika Serikat langsung menegaskan akan mengirim bala bantuan militer ke Tel Aviv sebagai bentuk dukungan. Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengatakan, AS akan mengirim beberapa kapal dan pesawat militer.
Austin telah memerintahkan pemindahan Kelompok Serangan Kapal Induk USS Gerald R. Ford ke Mediterania Timur yang lebih dekat ke Israel. Kelompok serangan itu meliputi kapal induk, sebuah kapal penjelajah berpeluru kendali, dan empat kapal perusak berpeluru kendali.
Menteri Pertahanan itu juga mengatakan, AS juga telah mengambil langkah-langkah untuk menambah skuadron pesawat tempur F-35, F-15, F-16, dan A-10 Angkatan Udara AS di wilayah tersebut. Dia mengatakan, Washington juga akan memberikan amunisi kepada Israel.
Pentagon dalam pernyataan selanjutnya mengatakan, Austin berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant untuk memberikan informasi terbaru kepadanya mengenai tanggapan AS. "AS menyatakan dukungan bagi rakyat Israel dan untuk menerima informasi terkini mengenai operasi Israel untuk memulihkan keamanan dan keselamatan dari serangan Hamas," ujarnya.
Menurut Pentagon, Austin menegaskan kembali dukungan kuat AS terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri. Austin menggarisbawahi bahwa langkah-langkah AS diambil untuk memperkuat postur militernya di kawasan guna meningkatkan upaya pencegahan regional.
Sementara itu, puluhan pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di Times Square di New York City dan dekat Gedung Putih di Washington pada Ahad (8/10/2023). Mereka menyatakan penolakan terhadap dukungan AS untuk Israel.
Beberapa pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan “Hentikan bantuan AS” dan “perlawanan bukanlah terorisme.”
Serangan Hamas yang dilancarkan saat fajar merupakan serangan terbesar dan paling mematikan ke Israel sejak Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak dalam upaya merebut kembali wilayah yang hilang dalam perang Yom Kippur 50 tahun lalu.
Hamas mengatakan pada Sabtu, serangan itu didorong oleh peningkatan serangan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem serta terhadap warga Palestina di penjara-penjara Israel. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyoroti ancaman terhadap Masjid al-Aqsha Yerusalem, kelanjutan blokade Israel terhadap Gaza, dan normalisasi Israel dengan negara-negara di kawasan.