REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel diduga menggunakan bom fosfor putih saat menyerang Gaza, Palestina, bahkan mengarahkannya ke daerah padat penduduk. Dugaan itu muncul setelah bermunculannya sejumlah video terkait serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di media sosial.
Meskipun belum ada konfirmasi apakah video-video ini benar-benar merupakan serangan terkini Israel ke Gaza, kemungkinan sekecil apa pun tentang serangan bom fosfor putih telah menimbulkan keresahan. Pasalnya, penggunaan bom fosfor dilarang.
Pelanggarannya termasuk kejahatan perang, mengingat bom tersebut mempunyai kemampuan menyebabkan kerusakan skala besar. Mei 2023, bom jenis juga dilaporkan digunakan Rusia saat menyerang Kota Bakhmut di Ukraina.
Apa itu bom fosfor putih? Dikutip dari laman DailyO, Kamis (12/10/2023), substansi bom ini adalah fosfor putih, yakni bahan kimia lilin kekuningan dengan bau menyengat seperti bawang putih. Sifatnya sangat mudah terbakar, dengan kapasitas penerangan dan kerusakan parah bila terkena udara setelah dinyalakan, menghasilkan panas yang hebat, cahaya, dan asap putih pekat.
Efeknya, bom fosfor putih dapat memicu kebakaran lahan yang cepat dan meluas sehingga sulit dipadamkan. Bahan tersebut juga menempel di berbagai permukaan, seperti kulit dan pakaian, sehingga menimbulkan bahaya besar bagi warga sipil.
Berdasarkan laporan India Today, bom fosfor putih dikategorikan sebagai senjata pembakar. Selain memiliki daya ledak yang merusak, bom tersebut juga mempunyai kemampuan untuk menyebarkan api, akibat pembakaran fosfor dengan suhu sekitar 815 derajat Celsius.
Bom fosfor putih dapat menyebarkan api ke area seluas beberapa ratus meter persegi, dan fosfor terus terbakar hingga habis, bergantung pada oksigen yang tersedia di udara. Cedera akibat bom fosfor putih bisa lebih parah dan menimbulkan tantangan perawatan medis yang lebih besar jika dibandingkan cedera yang disebabkan oleh bom konvensional.
Pada korban, bom fosfor putih dapat menyebabkan luka bakar yang dalam, bahkan menembus tulang. Luka dapat muncul kembali setelah perawatan awal. Para profesional medis perlu pelatihan khusus untuk mengatasi cedera spesifik ini dan melindungi diri mereka dari luka bakar fosfor selama proses perawatan.