REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meskipun Rasulullah ﷺ serta para sahabat telah hijrah ke Madinah dan mulai mapan tinggal di sana, namun hal tersebut tidak membuat orang orang kafir Quraisy berdiam diri. Mereka justru gencar melakukan ancaman dan rencana penyerangan.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-Rahiq al-Makhtum, Hal tersebut tidak dianggap remeh oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat, sehingga mereka selalu dalam keadaan siap siaga menghadapi kemungkinan terjadinya penyerangan.
Dalam kondisi yang menegangkan seperti itu, Allah Ta'ala menurunkan ayat, yang mengizinkan kaum Muslimin berperang untuk menyingkirkan kebatilan dan menegakkan syiar Allah SWT.
اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْررِهِمْ لَقَدِيْرٌ ۙ “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah, benar benar Mahakuasa menolong mereka itu.” (QS al-Hajj ayat 39)
Namun demikian, setelah turunnya ayat tersebut, tidak serta merta Rasulullah ﷺ mengadakan peperangan terhadap kaum kafir Ouraisy yang saat itu memang masih sangat kuat.
Baca juga: Ini Rahasia Mengapa Huruf Alif dalam Alquran Bentuknya Tegak Lurus
Langkah pertama yang Rasulullah ﷺ lakukan adalah menguasai jalur perdagangan kaum Quraisy antara Makkah dan Syam. Untuk itu, Rasulullah ﷺ meletakkan dua strategi jitu yaitu:
Pertama, mengadakan perjanjian dengan suku-suku di sekitar jalur perdagangan tersebut dan tidak mengganggu mereka.
Kedua, membentuk dan mengirim tim-tim patroli untuk tugas pengintaian dan antisipasi kemungkinan terjadinya serangan musuh, juga untuk mengetahui seluk beluk jalan keluar kota Madinah atau jalan menuju Makkah.
Tercatat beberapa kejadian...