Selasa 17 Oct 2023 11:23 WIB

Rusia Ingin Jadi Mediator Perang Palestina-Israel

Rusia memiliki kedekatan hubungan dengan Iran dan Hamas.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia, Vladimir Putin berupaya menjadi penengah dalam pertikaian diplomatik di Timur Tengah.
Foto: AP Photo/Sergei Bobylev
Presiden Rusia, Vladimir Putin berupaya menjadi penengah dalam pertikaian diplomatik di Timur Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin berupaya menjadi penengah dalam pertikaian diplomatik di Timur Tengah. Putin berbicara dengan lima pemain utama termasuk Iran dan negara-negara Arab terkemuka dalam upaya untuk menjamin gencatan senjata dalam perang antara Israel dan Hamas.

Rusia memiliki kedekatan hubungan dengan Iran dan Hamas. Rusia bersama negara-negara besar Arab telah berulang kali mengatakan, Amerika Serikat dan Barat telah mengabaikan pembentukan negara Palestina merdeka sesuai perbatasan tahun 1967.

Baca Juga

Putin berbicara dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Presiden Suriah Bashar al-Assad melalui telepon. Putin berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Kami percaya bahwa hal utama saat ini dalam situasi ini adalah segera menghentikan tembakan dan memulai proses penyelesaian politik,” kata penasihat kebijakan luar negeri Kremlin, Yuri Ushakov seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah.

“Konflik Timur Tengah sudah lama terjadi, tetapi sekarang kita perlu mengambil langkah aktif dan tajam untuk menghentikan eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Ushakov.

Kantor berita TASS mengatakan, Putin dan Assad ingin bantuan kemanusiaan dikirim ke Gaza. Putin mengatakan, kekerasan yang terjadi di Timur Tengah saat ini menunjukkan kegagalan kebijakan Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut. Namun Rusia juga berulang kali memperingatkan bahwa situasi ini bisa dengan cepat meningkat menjadi perang regional. Rusia dan Cina yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, mengatakan, masalah mendasar yang menjadi inti konflik ini adalah kurangnya keadilan bagi warga Palestina.

Palestina menginginkan sebuah negara di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Seluruh wilayah yang diinginkan Palestina itu direbut Israel dalam perang tahun 1967.

Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi pada Senin (16/10/2023) menyerukan gencatan senjata untuk menghentikan pertumpahan darah di Gaza. Wang menyatakan,  negara-negara besar harus berupaya menghindari bencana kemanusiaan. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membahas konflik antara Israel dan Hamas dengan Wang  di Beijing menjelang kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Cina.

“Dewan Keamanan PBB harus mengambil tindakan, dan negara-negara besar harus memainkan peran aktif,” kata Wang kepada Lavrov

“Gencatan senjata harus dilakukan, kedua belah pihak kembali ke meja perundingan, dan saluran kemanusiaan darurat harus dibentuk untuk mencegah bencana kemanusiaan lebih lanjut," ujar Wang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement