REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pelapor Khusus PBB untuk Situasi HAM di Palestina Francesca Albanese mengatakan, Israel telah melakukan pembersihan etnis terhadap warga Palestina. Hal itu disampaikan setelah Israel diduga membombardir sebuah rumah sakit di Jalur Gaza yang menyebabkan lebih dari 500 orang meninggal.
“Israel telah melakukan pembersihan etnis massal terhadap warga Palestina di bawah kabut perang. Sekali lagi, atas nama pembelaan diri, Israel berusaha membenarkan tindakan yang bisa dianggap sebagai pembersihan etnis,” kata Albanese, dikutip laman Al Arabiya, Rabu (18/10/2023).
Menurut dia, situasi di wilayah pendudukan Palestina dan Israel telah mencapai puncaknya. Albanese berpendapat, PBB dan negara-negara anggotanya harus mengintensifkan upaya untuk memediasi gencatan senjata antara para pihak yang terlibat pertempuran. Hal itu penting dilakukan sebelum konflik mencapai titik yang tak bisa dikembalikan lagi.
“Ada bahaya besar bahwa apa yang kita saksikan mungkin merupakan pengulangan Nakba (momen terusirnya lebih dari 700 ribu warga Palestina ketika Israel berdiri) tahun 1948, dan Naksa (terusirnya kembali warga Palestina akibat kemenangan Israel dalam perang Arab-Israel) tahun 1967, tapi dalam skala yang lebih besar,” kata Albanese.
Dia menekankan, setiap operasi militer berkelanjutan yang dilakukan Israel telah melampaui batas hukum internasional. Komunitas internasional harus menghentikan pelanggaran berat terhadap hukum internasional ini sekarang, sebelum sejarah tragis terulang kembali,” ujarnya.
Pada Selasa (17/10/2023) malam lalu, sebuah serangan udara menghantam Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, lebih dari 500 orang meninggal dalam peristiwa tersebut. Israel segera disebut bertanggung jawab atas serangan ke rumah sakit itu.
Pertahanan Sipil Palestina mengatakan, serangan terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli adalah serangan udara Israel paling mematikan dalam lima perang yang berlangsung di Jalur Gaza sejak 2008. “Pembantaian di Rumah Sakit Arab Al-Ahli belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kami. Meskipun kami telah menyaksikan tragedi dalam perang dan hari-hari sebelumnya, apa yang terjadi malam ini sama saja dengan genosida,” ujar Juru Bicara Pertahanan Sipil Palestina Mahmoud Basal, dikutip laman Aljazirah.
Otoritas Palestina juga telah mengutuk serangan udara terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli. “Juru Bicara Kepresidenan (Palestina) Nabil Abu Rudeineh, mengutuk kejahatan keji yang dilakukan Israel terhadap rumah sakit al-Ahli di Gaza, yang ditembaki oleh pesawat tempur Israel tadi malam sehingga menyebabkan ratusan orang tewas dan terluka,” tulis kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya.
Dengan menyerang rumah sakit, Abu Rudeineh menuduh Israel tak lagi menghormati hukum internasional. Sebab dalam keadaan apa pun, warga sipil tidak boleh menjadi target serangan dalam pertempuran. Menanggapi serangan ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli, Palestina sudah mengumumkan tiga hari berkabung nasional.
“Presiden Mahmoud Abbas menyatakan bahwa tiga hari berkabung akan diperingati di seluruh Palestina atas korban serangan udara brutal Israel di rumah sakit Al-Ahli di Gaza, yang menyebabkan banyak orang tewas dan terluka. Presiden juga memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang sebagai bentuk duka atas para korban agresi Israel di rumah sakit Al-Ahli dan semua orang yang tewas akibat pendudukan,” kata WAFA.
Sebelum serangan ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli terjadi, korban meninggal di Jalur Gaza akibat serangan udara Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai sekitar 3.000 jiwa. Sementara korban luka dilaporkan nyaris menyentuh 10 ribu orang. Menurut PBB, serangan Israel ke Jalur Gaza juga telah menyebabkan 1 juta warga telantar dan mengungsi.