REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini terjadi kasus seorang ibu di Pesanggerahan, Jakarta Selatan, menenggelamkan bayinya ke dalam ember. Hal ini dipicu oleh gangguan emosi yang terjadi pada ibu tersebut pascamelahirkan atau sering kali disebut baby blues.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dr Zulvia Oktanida Syarif, mengatakan ibu memerlukan dukungan dari orang-orang terdekat apabila mengalami baby blues syndrome atau kondisi yang lebih berat, yaitu postpartum depression atau depresi pascamelahirkan. Support system itu terutama dari suami.
Suami dapat mendampingi ibu baik dalam perawatan bayi baru lahir, perawatan diri si ibu, dan hal-hal lain yang mungkin jadi tanggung jawab si ibu. "Jadi suami berperan sangat penting sebagai pendamping yang memberikan dukungan baik secara moral, mental maupun dukungan-dukungan yang lain," ujarnya dalam wawancara ekslusif media belum lama ini.
Tidak hanya suami, orang tua, mertua, mungkin kakak ataupun adik, atau asisten rumah tangga, baby sitter dan sebagainya juga dapat menjadi support system si ibu yang mengalami baby blues atau postpartum depression.
Sementara untuk orang-orang yang di lingkaran terdekat, seperti teman atau rekan kerja, atau sesama ibu-ibu komunitas yang baru melahirkan juga, dukungannya lebih kepada dukungan mental. Mereka dapat menjadi teman agar ibu yang sedang mengalami baby blues tidak merasa sendirian.
Zulvia mengatakan, ada beberapa faktor penyebab ibu mengalami baby blues bahkan postpartum depression, mulai dari faktor biologis, faktor psikolog hingga faktor sosial.
Dari faktor biologis dan sosial, keluarga dapat mengintervensi melalui dukungan yang kuat. Orang terdekat, terutama suami, harus menjadi garda terdepan untuk mendukung istri selama menjalani proses kehamilan hingga melahirkan.
Suami juga harus berperan lebih dan mendampingi istri saat hamil. Lakukan konseling saat hamil, konseling menyusui dan bagaimana juga cara menggendong bayi dan lainnya.
"Jadi memang ini harus dilakukan secara pasangan biar dihadapi bersama-sama dan bisa saling mendukung," ujarnya.
Selain suami, orang sekitar yang berada didekat istri juga harus bisa mendukungnya dari hamil sampai melahirkan. Jangan menunggu sampai si ibu baby blues atau postpartum depression.
"Dari hamil sudah jalani konseling dengan psikolog karena ada beberagai faktor risiko, riiwayat. Jangan nunggu dulu sampai ada depresinya baru berobat, takutnya sudah ada berbagai dampak seperti mengakhiri hidup dan melukai anak. Jadi diintervensi segera," ujarnya
Ia mengingatkan jika ibu memiliki berbagai faktor risiko, punya trauma psikologis dan ingin hamil, perlu disiapkan mentalnya dari sebelum hamil. Banyak ibu yang melupakan kesehatan mental juga penting disiapkan sebelum menjalani proses kehamilan.
"Jadi sekarang kita tidak hanya menyiapkan kesehatan fisik saat mau hamil tapi kesehatan mental itu sebetulnya jauh lebih penting. Banyak sekali ibu menyiapkan segala vitamin, kesehatan fisik, finansial, tapi lupa kesehatan mentalnya. Stres menjalani kehamilan, akhirnya muncul baby blues dan akhirnya jatuh dalam kondisi postpartum depression," ujarnya.