REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menyatakan solidaritasnya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menegaskan kembali dukungan London terhadap hak Tel Aviv untuk membela diri.
“Kami sepenuhnya mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri sesuai dengan hukum internasional untuk memburu Hamas, mengambil kembali sandera, mencegah serangan lebih lanjut, dan memperkuat keamanan negara Anda untuk jangka panjang," kata Sunak dalam konferensi pers bersama Netanyahu di Yerusalem, Kamis (19/10/2023).
Menurut dia, selama dua pekan terakhir Israel telah melalui sesuatu yang tidak pantas ditanggung oleh negara atau bangsa mana pun. Sunak mengklaim Israel melakukan setiap tindakan pencegahan untuk menghindari kerugian warga sipil.
Mengenai pengeboman sebuah rumah sakit di Gaza yang mengakibatkan sekitar 500 korban tewas, Sunak menyatakan turut berduka atas hilangnya nyawa warga sipil yang tidak bersalah, terlepas dari agama atau kebangsaannya. “Kami mengakui rakyat Palestina juga menjadi korban Hamas,” katanya.
Serangan yang menyebabkan RS Al Ahli Baptist di Gaza pada Selasa (17/10/2023) rata dengan tanah banyak disebut dilakukan oleh Israel, tetapi Israel membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Insiden itu serta blokade total Israel terhadap Gaza dengan memutus pasokan air, listrik, makanan, dan bahan bakar di daerah kantong tersebut telah memicu unjuk rasa di seluruh dunia. Para pengamat menuduh Israel melakukan kejahatan perang terhadap warga sipil.
Netanyahu mengatakan kepada Sunak bahwa saat ini adalah masa paling kelam bagi Israel. “Delapan puluh tahun yang lalu, Perdana Menteri (Sunak), dunia yang beradab mendukung Anda di saat-saat tergelap Anda. Ini adalah masa terkelam kami,” kata dia, mengacu pada pertempuran Inggris pada Perang Dunia II.
Netanyahu kemudian mengatakan Israel memerlukan dukungan berkelanjutan untuk melawan Hamas, yang menyebut Israel sebagai "Nazi baru dan ISIS baru". Sebelum pertemuannya dengan Netanyahu, Sunak bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog sebagai bagian dari agenda kunjungannya ke Israel.
Kunjungan tersebut dilakukan di tengah serangan udara besar-besaran Israel ke Jalur Gaza yang menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa. Serangan Israel sebagai balasan dari serangan kelompok militan Hamas Palestina pada 7 Oktober lalu. Sedikitnya 3.785 warga Palestina gugur akibat serangan Israel di Gaza, sementara Israel mencatat lebih dari 1.400 warganya tewas dalam konflik terbaru itu.