Selasa 07 Nov 2023 18:00 WIB

Cacar Monyet Banyak Menjangkiti Laki-Laki yang Lakukan Seks Sesama Jenis, Ini Imbauan IDI

Meski banyak diidap gay, cacar monyet tetap bisa diidap perempuan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki (LSL). Kasus cacar monyet paling banyak menjangkiti pasien LSL.
Lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki (LSL). Kasus cacar monyet paling banyak menjangkiti pasien LSL.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data terkini, kasus cacar monyet, monkeypox atau mpox di Indonesia paling banyak menjangkiti pasien lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki (LSL). Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) memberikan imbauan terkait kondisi itu.

Ketua Satgas MPox PB IDI Hanny Nilasari mengatakan, populasi LSL umumnya melakukan kontak seksual tidak hanya dengan satu orang. Karena itu, Hanny menyarankan LSL tetap menjaga kesehatan dan menghindari tertular mpox dengan cara-cara tertentu.

Baca Juga

"Pertama, tidak melakukan kontak seksual berganti-ganti pasangan. Kemudian, tentunya saat melakukan perilaku seksual berisiko menggunakan pengaman. Karena biasanya pasien tidak atau jarang melakukan pengamanan karena merasa cukup aman," kata Hanny pada "Media Briefing: Update MPox PB IDI", Selasa (7/11/2023).

Padahal, belum tentu pasangan LSL tersebut tidak melakukan kontak seksual dengan orang lain, sehingga risikonya tertular mpox belum bisa dipastikan. Menurut data terkini (6 November 2023 pukul 19.00), tercatat ada 35 kasus cacar monyet yang terkonfirmasi di Indonesia. 

Hanny menyampaikan, satu kasus terdeteksi di Banten, 29 kasus di DKI Jakarta, dan lima kasus di Jawa Barat. Dari 28 kasus terbaru di DKI Jakarta, sebanyak 24 pasien merupakan LSL, sementara lainnya memiliki orientasi seksual berbeda atau belum diketahui.

Dokter spesialis dermatologi dan venereologi itu mengingatkan pula bahwa cacar monyet tetap bisa diidap perempuan. Meski saat ini 100 persen pasien cacar monyet di Indonesia adalah pria, tetap ada kemungkinan perempuan mengidapnya. Sebab, dari pasien mpox yang terdata, ada yang memiliki orientasi seksual heteroseksual (sudah terkonfirmasi) dan kemungkinan biseksual.

Bagaimana pencegahannya? Satgas MPox PB IDI menyampaikan bahwa lebih dari 90 persen penularan mpox melalui kontak erat dan terutama kontak seksual. Karena itu, sebisa mungkin hindari kontak fisik dengan pasien terduga mpox. 

Jangan gunakan barang bersama, semisal handuk yang belum dicuci, pakaian, atau berbagi tempat tidur, alat mandi, serta perlengkapan tidur seperti seprai, bantal, dan lainnya. Untuk populasi berisiko tinggi, sedapat mungkin hindari perilaku berisiko.

Yang dimaksud populasi berisiko tinggi, yaitu yang memiliki pasangan lebih dari satu atau orang yang mengidap kondisi imunokompromais (autoimun, penyakit kronis lainnya). Hubungan seksual harus dilakukan dengan aman menggunakan kondom, serta lakukan vaksinasi. "Dianjurkan segera mengunjungi dokter apabila muncul gejala lesi kulit yang tidak khas dan didahului demam," ujar Hanny.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement