REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah pandemi Covid-19, berbagai konser musik mulai banyak digelar. Sayangnya, harga tiket konser jauh lebih mahal dari sebelumnya. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan permintaan setelah penundaan tur terkait Covid-19.
Semua terjadi secara bersamaan sehingga menciptakan "beban" bagi calon penonton. Akibatnya tur musik tidak pernah dapat diakses oleh semua orang, geografi, ekonomi, masalah kesehatan dan keselamatan, serta kemampuan fisik atau mental membuat konser di stadion dan arena, tidak terjangkau untuk sebagian besar wilayah global penggemar musik pop.
Dilansir laman Polygon pada Rabu (8/11/2023), dalam hal ini peran penggemar sebagai sumber identitas dan komunitas menjadi semakin berharga. Semakin banyak orang yang ingin menonton konser tertentu, namun di sisi lain hambatan untuk menghadiri pertunjukan musik langsung semakin meningkat. Untuk itu, tidak mengherankan jika film konser mendapatkan pijakan baru yang luas.
Ambil contoh "Taylor Swift: The Eras Tour", versi film yang berdurasi hampir tiga jam dari tur konser bintang pop yang sedang berlangsung. Film tersebut kini menjadi film konser terlaris sepanjang masa.
Hal ini bukan hanya karena fandom Taylor Swift yang luas, melainkan sebagai respons langsung terhadap sulitnya mendapatkan tiket untuk konsernya. Bagi para penggemar, "The Eras Tour" menawarkan akses dekat dan intim ke sebuah pertunjukan yang tidak akan pernah bisa mereka hadiri jika tidak.
Pada bulan Juli, Pitchfork melaporkan bahwa harga rata-rata tiket untuk "The Eras Tour" Swift di Amerika Utara adalah 3.801 dolar AS, meningkat 2.321 persen dari 2018 Reputation Stadium Tour miliknya, di mana harga jual kembali rata-rata untuk pertunjukan di Amerika Utara adalah 157 dolar AS.
"Taylor Swift: The Eras Tour" ditawarkan serharga 19,89 dolar AS untuk dewasa. Orang-orang yang membeli tiket tersebut bahkan tidak perlu menunggu di antrean teror Ticketmaster.
Pada Februari, salah satu artis musik terbesar di dunia, grup K-pop BTS, merilis versi film dari konser “Yet to Come” mereka, yang merupakan pertunjukan satu malam saja untuk 50 ribu penggemar yang beruntung di Busan, Korea Selatan. Film konser ini menghasilkan lebih dari 50 juta dolar AS di seluruh dunia.
Menonton film konser di bioskop tidak sama dengan menonton konser langsung, namun itu bukan pengalaman buruk. Pengalaman film konser memiliki nilai selain penciptaan kembali titik temu tertentu antara tempat, waktu, dan pertunjukan.
Penggemar biasanya berasumsi bahwa pengalaman langsung lebih baik daripada versi filmnya. Namun saat komunitas tatap muka lebih sulit didapat dan kadang-kadang berarti mendorong batas finansial dan fisik orang, konser film bisa terasa seperti sebuah hadiah. BTS, Taylor Swift, dan Beyoncé, semuanya memiliki fandom yang sangat besar.
Film konser dinilai mampu menyamakan kedudukan, menghilangkan beberapa hambatan harga, lokasi, dan aksesibilitas. Mereka mungkin bukan masa depan musik pop bagi semua orang, namun mereka semakin terlihat seperti masa depan fandom musik pop. Itu hal yang bagus.