Sabtu 11 Nov 2023 10:23 WIB

Umar bin Khattab pun Mengakui Kengerian Menghadapi Kematian

Setiap manusia akan mengalami kematian.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.
Foto: Republika
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Peristiwa dahsyat yang akan dialami oleh setiap manusia adalah kematian. Yakni saat berpisahnya roh dari jasad. Tak ada satupun orang yang dapat membantu dari kengeringan yang dihadapi oleh orang-orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Tak satupun orang yang dapat mencegah malaikat maut menjalankan tugasnya mencabut roh. 

Bahkan sosok Umar bin Khattab yang terkenal dengan keberanian dan kesatrianya mengakui tentang kengerian saat roh dicabut dari jasad. 

Baca Juga

Ketika Umar bin Khattab di penghujung hayatnya, pasca dirinya ditikam saat memimpin sholat Shubuh oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz seorang hamba sahaya Majusi milik al-Mughirah bin Syu'bah, Umar didatangi seorang pria. Kepada pria itu, Umar bin Khattab mengatakan tentang kengerian kematian. Bahwa andai kengerian kematian itu dapat ditebus oleh seluruh isi dunia, pasti akan dilakukan Umar bin Khattab. 

ولما طعن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال له رجل إني لأرجو أن لا يمس جلدك النار فنظر إليه ثم قال إن من غررتموه لمغرور والله لو أن لي ما على الأرض لافتديت به من هول المطلع. 

Ketika sahabat Umar bin Khattab ditikam (oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz) , seorang lelaki berkata padanya, sungguh aku berharap bahwa api neraka tidak akan menyentuh kulitmu, maka Umar memandangi ke lelaki itu, kemudian Umar bin Khattab berkata: Sungguh orang yang membuatmu terpedaya adalah orang yang rugi, Demi Allah andai aku memiliki dunia, aku akan menebus dari semua kengerian kematian. (Lihat Imam Qurthubi dalam kitab at Tadzkirah halaman 299 yang diterbitkan Maktabah Darul Minhaj).

 

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement