Kamis 16 Nov 2023 10:41 WIB

Warga Gaza yang Gugur Mencapai 11.500 Orang

Korban luka mencapai 29.800 orang yang 70 persen anak-anak dan perempuan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina berduka atas kerabat mereka yang meninggal dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di depan kamar mayat di Deir al Balah, Selasa, (31/10/2023).
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina berduka atas kerabat mereka yang meninggal dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di depan kamar mayat di Deir al Balah, Selasa, (31/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --- Kantor media pemerintah di Gaza pada Rabu (15/11/2023), mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 11.500 orang, termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 perempuan.

"Jumlah kematian di kalangan tenaga medis telah mencapai 200 orang," kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan di Telegram.

Baca Juga

Lebih lanjut dikatakan bahwa 22 personel pertahanan sipil dan 51 wartawan juga telah tewas. Sementara jumlah korban luka-luka telah mencapai 29.800 orang, dengan sekitar 70 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

Jumlah korban terakhir yang diumumkan oleh kantor tersebut pada hari Selasa (14/11/2023), adalah 11.320 korban jiwa, termasuk 4.650 anak-anak dan 3.145 wanita.

Pernyataan pada hari Rabu mengatakan bahwa 95 gedung pemerintah dan 255 sekolah telah hancur. Sebanyak 74 masjid hancur total dan 162 rusak sebagian, selain tiga gereja.

Dikatakan bahwa tentara Israel menargetkan 52 pusat kesehatan dan 55 ambulans, sementara sudah 25 rumah sakit di Gaza tidak lagi beroperasi.

"Tentara Israel menyerang banyak pasien, orang-orang yang terluka, dan orang-orang yang terlantar, serta beberapa staf medis dan perawat di dalam Kompleks Medis Al-Shifa, memaksa mereka untuk menanggalkan pakaian dan melakukan penghinaan terhadap mereka," tambah pernyataan itu.

Setelah mengepung selama berhari-hari, tentara Israel pada hari Rabu menyerbu Kompleks Medis Al-Shifa di Kota Gaza. Kantor pemerintah menyatakan "penjajah Israel dan masyarakat internasional, khususnya Amerika Serikat, bertanggung jawab penuh atas kejahatan perang terorganisir yang dilakukan oleh tentara penjajah terhadap rumah sakit" dan menyerukan "pembukaan segera penyeberangan Rafah dan masuknya bantuan."

Sebelumnya, otoritas pengawas telekomunikasi Palestina memperingatkan bahwa layanan komunikasi di Gaza akan terhenti total dalam beberapa jam ke depan karena kekurangan bahan bakar.

Dalam sebuah pernyataan terpisah, kantor media pemerintah memperingatkan bahwa pemadaman layanan komunikasi akan "berkontribusi pada penyembunyian semua bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara penjajah Israel sepanjang waktu terhadap rumah sakit, rumah-rumah yang aman, dan 2,3 juta orang di Jalur Gaza."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement