Selasa 21 Nov 2023 09:16 WIB

Prof Uut yang Risetnya Diakui Dunia Tanggapi Wolbachia Dituduh ‘Nyamuk Bill Gates’  

Pelepasan nyamuk wolbachia ini aman untuk masyarakat dan bukan rekayasa genetik.

Rep: Santi Sopia/ Red: Friska Yolandha
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menunjukkan pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program pelepasan nyamuk wolbachia dari pemerintah untuk mengintervensi atau mengurangi kasus demam berdarah dengue (DBD) menjadi kekhawatiran masyarakat, salah satunya di Bali, sehingga tindakannya harus ditunda. Bahkan, masyarakat dikhawatirkan dengan munculnya tuduhan, seperti nyambuk bill gates, nyamuk bionik, atau dugaan penyakit dari program ini.

Namun, Prof dr Adi Utarini, peneliti pionir wolbachia, yang risetnya sudah diakui dunia sebagai gold standard, tegas membantah anggapan tersebut. Prof Uut, sapaan akrabnya, menekankan tentu pelepasan nyamuk wolbachia ini aman untuk masyarakat dan bukan rekayasa genetik.

Baca Juga

“Nyamuknya beda culex (bukan Bill Gates), penyakitnya gak ada kaitannya dengan wolbachia,” kata kata Prof Uut dalam acara bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin (20/11/2023).

Riset yang dilakukan Prof Uut sejak 2011 telah diakui sebagai bukti ilmiah terbaik, rekomendasi AIPI dan WHO VCAG. Prof Uut yang juga pernah masuk 100 tokoh berpengaruh di dunia 2021 versi TIME itu mengatakan nyamuk wolbachia aman bagi hewan, manusia dan lingkungan.

Wolbachia pada Aedes aegypti tidak bisa berpindah ke serangga lain, begitu juga tidak bisa berpindah ke manusia. Aedes aegypti hanya menularkan empat penyakit, yaitu dengue, chikungunya, zika dan malaria. Jika ada penyakit lain yang disebabkan oleh vektor nyamuk lain, kejadian itu tidak dipengaruhi oleh nyamuk yang bukan vektor perantaranya.

Prof Uut mengatakan ketika melakukan penelitian terhadap nyamuk wolbachi pada 2011, Indonesia pernah dikategorikan kedua tertinggi di dunia untuk kasus DBD. Teknologi wolbachia ini menambah deretan upaya yang sudah ada sebelumnya.

“Selama ini kita mengenal pemberantasan sarang nyamuk, megurangi sarangnya, mencegah gigitan dan lain-lain. Cara wolbachia adalah cara melawan virus dengue yang ada di tubuh nyamuk. Wolbachia-nya sendiri menggunakan bakteri alami yang hidup dalam sel serangga dan diturunkan ke generasi berikutnya,” kata peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di....

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement