Selasa 21 Nov 2023 19:51 WIB

Danareksa Ungkap Progres Penyehatan BUMN 'Sakit' oleh PPA

Dari 22 BUMN yang menjadi pasien PPA, 15 masih sakit.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Lida Puspaningtyas
Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) Ngurah Wirawan (kiri), CEO Wanxinda Group Chen Riling (kedua dari kiri), Direktur Utama PT Danareksa Yadi Jaya Ruchandi (kedua dari kanan), dan Direktur Investasi  Danareksa Chris Soemijantoro (kanan) saat penandantanganan perjanjian pemanfaatan tanah industri (PPTI) di Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) Ngurah Wirawan (kiri), CEO Wanxinda Group Chen Riling (kedua dari kiri), Direktur Utama PT Danareksa Yadi Jaya Ruchandi (kedua dari kanan), dan Direktur Investasi  Danareksa Chris Soemijantoro (kanan) saat penandantanganan perjanjian pemanfaatan tanah industri (PPTI) di Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding BUMN spesialis transformasi dan investasi, Danareksa, fokus melakukan penyehatan terhadap BUMN-BUMN yang dalam kondisi 'sakit'.

Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Yadi Jaya Ruchandi mengatakan 'pasien' PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang merupakan anggota holding Danareksa menargetkan sejumlah penyehatan rampung pada tahun depan.  

Baca Juga

"Yang diurusin masih 22, progresnya bagus, dari 22 tinggal 15 (BUMN)," ujar Yadi usai penandatanganan perjanjian pemanfaatan tanah industri (PPTI) di Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Yadi menyampaikan belasan 'pasien' PPA meliputi BUMN yang bergerak di sejumlah sektor, mulai dari galangan kapal, manufaktur, pelayaran, hingga logistik. Yadi mengatakan PPA telah menyiapkan sejumlah langkah strategis dalam penyehatan, salah satunya menggabungkan atau merger.

"Nanti mudah-mudahan tahun depan kita efisiensikan lagi dengan kita merger beberapa BUMN. Ada yang dimerger, ada yang diinbreng. Belum tahu bentuknya, yang penting masih terus dikaji bentuk paling efisiennya seperti apa," ucap Yadi.

Yadi tak berbicara banyak mengenai potensi pembubaran BUMN yang dalam kondisi sakit. Yadi mengatakan mandat awal kepada PPA sendiri masih berfokus pada penyehatan.

"Belum tahu (pembubaran), masih dalam kajian terus karena memang banyak faktor yang harus dilihat," kata Yadi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement