REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan, AS menggelar dua serangkaian serangan ke milisi yang didukung Iran di Irak. Serangan ini merupakan respons pertama di Irak setelah lusinan serangan terhadap pasukannya di kawasan.
Sampai pekan ini AS ragu untuk membalas serangan di Irak karena situasi politik di sana. Wewenang Perdana Menteri Irak Mohammed Shia Al-Sudani pada milisi yang didukung Iran terbatas. Iran mendukung kemenangan Sudani satu tahun lalu dan perdana menteri itu membentuk koalisi pemerintah baru yang kuat.
Dalam pernyataannya militer AS mengatakan serangan yang digelar pada Selasa (21/11/2023) malam mengincar dua fasilitas di Irak.
"Serangan merupakan respons langsung atas serangan-serangan Iran dan kelompok yang didukung Iran terhadap pasukan AS dan koalisi," kata militer AS dalam pernyataannya, Rabu (22/11/2023).
Pemerintah AS mengatakan sekitar 24 jam sebelumnya pasukan AS diserang di pangkalan udara di barat Baghdad dan pesawat AC-130 AS meresponnya, menewaskan sejumlah milisi yang didukung Iran.
Dua pejabat Pemerintah AS mengatakan, serangan ke pangkalan udara Ain al-Asad dilakukan dengan rudal balistik jarak-pendek. Tembakan itu melukai delapan orang dan sedikit merusak pada infrastruktur pangkalan udara.
Sejauh ini AS membatasi responnya pada 66 serangan terhadap pasukan di Irak dan Suriah pada enam serangan terpisah di Suriah. Milisi yang didukung Iran mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut.
Setidaknya 62 personel pasukan AS mengalami luka ringan dan gegar otak akibat serangan-serangan tersebut. Serangan dimulai pada 17 Oktober dan milisi Irak mengaitkan serangan itu pada dukungan AS pada pengeboman Israel di Gaza.
Serangan-serangan terhadap target-target AS mengakhiri kesepakatan sepihak faksi Irak yang beberapa di antaranya terbentuk seusai invasi AS ke negara itu pada 2003 untuk memerangi pasukan AS. Sementara yang lainnya terbentuk untuk memerangi ISIS pada 2014.
Sejumlah akun media sosial yang berkaitan dengan milisi Irak mempublikasikan pernyataan atas nama "Perlawanan Islam di Irak" yang mengatakan anggotanya tewas dalam pertempuran dengan pasukan AS. Mereka tidak menjelaskan lebih lanjut.
Pernyataan ini kematian pertama yang dilaporkan Irak yang berkaitan dengan perang di Gaza. Serangan Israel di permukiman padat penduduk itu juga menarik faksi lain di jaringan milisi Iran, yang dikenal Poros Perlawanan seperti Hizbullah di Lebanon.
AS memiliki 900 pasukan di Suriah dan 2.500 pasukan di Iran dalam misi yang bertujuan untuk memberikan saran dan membantu pasukan lokal mencegah bangkitnya ISIS. Kelompok teroris itu sempat menguasai banyak wilayah di Suriah pada 2014 sebelum berhasil dikalahkan.