REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis kemanusiaan di Palestina semakin memburuk, tercatat setidaknya 14.100 warga di Gaza gugur semenjak perang kembali terjadi. Mirisnya, angka kematian ini melingkupi 5.600 anak-anak serta 3.550 perempuan. Tidak hanya itu, bombardemen intensif mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang fatal sehingga setidaknya 6.800 warga Gaza dinyatakan hilang di bawah reruntuhan (data: Kemenkes Palestina).
"Rumah Wakaf merespon hal ini dengan menggulirkan program Solidaritas untuk Palestina, sebagai upaya untuk bisa memberikan kontribusi nyata bagi warga Palestina,” ujar CEO Rumah Wakaf Soleh, dalam keterangan tertulis, Jumat (24/11/2023).
“Selain bantuan langsung ke jalur Gaza melalui berbagai aliansi kemanusiaan dan kemitraan dengan berbagai pihak, alhamdulillah Rumah Wakaf telah bisa mendistribusikan bantuan bagi warga Palestina di Gaza serta kamp-kamp pengungsian di Yordania,” tambah Soleh.
Data dari BPS Palestina, terdapat 4,4 juta warga Palestina yang kini mengungsi di Yordania. Para pengungsi ini terkonsentrasi di 14 kamp pengungsian, dengan kondisi sosial ekonomi yang mengkhawatirkan.
Tantangan utama adalah terbatasnya akses para pengungsi terhadap berbagai layanan kesehatan dan pendidikan gratis dari pemerintah Yordania, karena mayoritas mereka tidak memiliki status kewarganegaraan. Pendidikan gratis yang bisa diakses pengungsi adalah tingkat SD dan SMP yang dikelola oleh badan PBB, UNRWA.
Tingkat pendidikan yang rendah menjadikan pengungsi Palestina ini memiliki keterbatasan pengetahuan dan skill untuk bisa mendapatkan perkerjaan yang layak. Sedangkan di kamp pengungsian mereka hanya mendapatkan akses penggunaan petak lahan per Kepala Keluarga (KK), sehingga rata-rata harus mengeluarkan dana untuk membeli batu bata, seng, serta toren air per KK.
Keterbatasan ekonomi para pengungsi inilah yang mengakibatkan rumah-rumah di pengungsian Yordania mayoritasnya tidak layak, hanya berdinding tumpukan batu bata beratapkan seng. Sedangkan suhu di sana bisa ekstrim antara 40 derajat Celsius saat musim panas, hingga nol derajat Celcius saat musim dingin.
Belum lagi harga kebutuhan pangan pun kian meningkat dari waktu ke waktu. Sejumlah keterdesakan seperti inilah, yang menjadikan tingkat kriminalitas di kamp pengungsiannya cenderung tinggi.
Hingga November 2023, Rumah Wakaf telah mendistribusikan bantuan berupa 371 makanan siap santap untuk warga Gaza yang mengungsi di Ahmed Nemer School dan Mohammad Al Najar School. Sedangkan di Yordania, Rumah Wakaf menyalurkan bantuan berupa 225 paket sembako, 150 paket gizi anak, 175 paket roti, dan 100 paket air bersi, dengan sebaran di Kamp Irbid, Kamp Gaza, Kamp Talbiyah, serta Kamp Wehdat.
"Perjuangan rakyat Palestina masih panjang, Rumah Wakaf akan terus berupaya untuk memberikan kontribusi terbaik untuk memenuhi berbagai kebutuhan prioritas warga di wilayah konflik maupun di kamp-kamp pengungsian,” ungkap Soleh.