REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan menilai industri asuransi umum saat ini masih belum dalam kondisi sehat. Budi menuturkan, hal tersebut dikarenakan sebagian besar laba masih diperoleh dari hasil investasi yang ditopang oleh permodalan dan pendapatan premi.
"Indikatornya, hasil underwriting itu bisa tidak atau belum memenuhi biaya operational expenditure (opex)," kata Budi di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Dia menjelaskan, upaya penyehatan yang perlu dilalukan yakni industri asuransi umum harus menjadi satu kesatuan yang utuh. Budi menyayangkan saat ini masih ada persaingan yang membuat kondisi industri asuransi umum perlu ditingkatkan kesehatannya.
"Terjadinya perang dalam arti pemberian tambahan diskon itu kan juga harusnya tidak berlaku. Kemudian yang dirugikan siapa? Penanggungnya sendiri kan. Tertanggung kan diuntungkan terus," jelas Budi.
Sementara itu, saat ini Budi menilai sudah terjadi inflasi ekonomi. Di sisi lain, Budi mengatakan harga premi asuransi masih turun ditambah dengan diskon-diskon yang diberikan.
"Ini yang selalu saya sampaikan kita di industri ini, kita sudah coba melakukan transformasi dan reformasi tapi ini perlu waktu. Ya semoga 2024 itu bisa terlihat nanti hasilnya kalau transformasi ini berjalan sesuai harapan," tutur Budi.
Per kuartal III 2023, industri asuransi mencatat pendapatan premi mencapai Rp 73,58 triliun. Sementara itu, hasil investasi mencapai Rp 3,81 triliun dan hasil underwriting mencapai Rp 13,96 triliun. Kemudian, laba setelah pajak tercatat mencapai Rp 5,92 triliun.
Sementara itu, AAUI mencatat rasio hasil underwriting per kuartal III 2023 baru mencapai 18,99 persen. Posisi tersebut lebih rendah dari rasio beban usaha ditambah rasio investasi yang sebesar 19,83 persen.
Wakil Ketua AAUI Bidang Statistik dan Riset, Trinita Situmeang memastikan pada dasarnya perusahaan asuransi ingin mendorong hasil underwriting. Hal tersebut dilakukan agar dapat mendatangkan pendapatan dan meningkatkan permodalan.
“Ini hanya bisa terjadi dari perbaikan-perbaikan, transformasi bisnis, dan meningkatkan kreativitas untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan didukung oleh hasil investasi,” ucap Trinita.