REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Tim penyelamat menemukan 160 jenazah dalam 24 jam terakhir dari bawah reruntuhan dan jalan-jalan di Jalur Gaza.
Menurut kantor berita Palestina WAFA, hal ini menjadikan jumlah korban tewas semenjak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober menjadi lebih dari 15 ribu orang, termasuk lebih dari 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita.
Dilansir dari laman Bernama pada Rabu (29/11/2023) Koresponden WAFA di Gaza melaporkan bahwa tim penyelamat sejauh ini mengandalkan metode manual untuk menggali jenazah. Hal ini dilakukan mengingat kurangnya mesin dan peralatan untuk mengeluarkan puing-puing.
Dilaporkan data non-final menunjukkan bahwa sekitar 6.500 orang hilang masih berada di bawah reruntuhan, atau nasib mereka masih belum diketahui. Ini termasuk lebih dari 4.700 anak-anak dan perempuan.
Semenjak dimulainya gencatan senjata kemanusiaan sementara, kru penyelamat dan ambulans, serta warga, telah berusaha untuk mengevakuasi sebanyak mungkin jenazah dengan kemampuan apa pun yang mereka miliki.
Selama lima hari terakhir mengungkap kengerian bencana kemanusiaan yang menimpa Jalur Gaza. Sebanyak 300 ribu unit rumah rusak akibat bom udara, darat, dan laut Israel, termasuk 50 ribu unit rumah yang hancur total.
Meskipun ada gencatan senjata, warga yang mengungsi di selatan Jalur Gaza dicegah untuk kembali ke kota-kota mereka di Utara. Hal ini terjadi ketika pasukan pendudukan yang ditempatkan di Jalan Salah al-Din menembakkan peluru ke arah Warga yang mencoba mencapai utara untuk memeriksa rumah mereka dan mencari anggota keluarga mereka yang hilang. Hal ini menyebabkan pembunuhan tiga orang, dan cedera lainnya.
Sementara di Tepi Barat yang diduduki, WAFA melaporkan dua warga Palestina, termasuk seorang anak terluka oleh peluru tajam pasukan Israel dalam konfrontasi setelah Israel melakukan serangan militer besar-besaran ke kota Jenin dan kamp pengungsinya.