REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemanfaatan bakteri Wolbachia belakangan menjadi temuan baru yang dapat digunakan untuk memberantas nyamuk Aedes aygepti, penyebab kasus demam berdarah dangue (DBD). Wolbachia merupakan bakteri alami yang banyak ditemukan di berbagai jenis serangga.
Melalui riset ilmiah yang dilakukan oleh peneliti World Mosquito Program (WMP), bakteri Wolbachia yang disuntikkan ke nyamuk Aedes aygepti mampu mencegah replikasi virus dengue yang menjadi sumber penyakit DBD. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pun mendukung implementasi pemanfaatan bakteri baik itu agar dapat digunakan untuk masyarakat.
Dia juga menyampaikan apresiasinya kepada seluruh jajaran tim peneliti WMP yang telah berupaya keras selama 12 tahun dalam melakukan uji coba pemanfaatan bakteri Wolbachia kepada nyamuk Aedes aygepti.
"Saya kira, kita perlu terus menggencarkan informasi dari sisi keamanan dan melakukan filtering terhadap isu-isu yang kontraproduktif terhadap upaya kita untuk menangani masalah penyakit ini yang cukup memakan korban di Indonesia," ujar Muhadjir dalam siaran pers di Jakarta pada Kamis (30/11/2023).
Menurut dia, penyebarluasan informasi perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat percaya dengan hasil kajian ilmiah yang telah dilakukan para peneliti. Muhadjir meminta, para perwakilan dari berbagai provinsi yang hadir secara daring untuk dapat membantu mensosialisasikan informasi mengenai manfaat baik bakteri Wolbachia kepada masyarakat.
"Kemenko PMK terbuka untuk menerima permohonan bantuan jika diperlukan upaya koordinasi teknis lebih lanjut yang dibutuhkan oleh pemerimtah daerah," kata Muhadjir.
Peneliti Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Adi Utarini mengatakan, upaya penelitian yang telah dilakukan selama 12 tahun di wilayah Yogyakarta telah terbukti aman bagi manusia. Dia menyebut, Wolbachia mampu mengurangi replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.
"Riset 12 tahun teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di Yogyakarta menghasilkan penurunan 77 persen kejadian dengue dan 86 persen rawat inap di rumah sakit akibat dangue," ucap Utarini.
Guru Besar IPB University Damayanti Buchori menjelaskan, hasil kajian analisis risiko terhadap pelepasan nyamuk Aedes aegypti telah kelar dilakukan. Penelitian itu menghasilkan peningkatan nyamuk Aedes aegypti ber-Walbachia akibat pelepasan dapat diabaikan karena tidak menimbulkan risiko berbahaya bagi masyarakat.
"Pengawasan ini penting sehingga dapat mendeteksi dan tanggap terhadap risiko apapun yang muncul atau jika ada di kemudian hari. Memastikan regulasi lokal juga perlu dilakukan karena berkaitan dengan keamanan hayati di masing-masing wilayah," ucap Damayanti.