REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar), menangani 279 pasien yang terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) selama Januari sampai Maret 2024. Dari ratusan pasien tersebut, seorang pasien DBD, meninggal dunia.
"Jumlah kasus DBD di Kota Tasikmalaya dari 1 Januari sampai dengan 24 Maret 2024 sebanyak 279 kasus, meninggal dunia satu orang, yang masih dirawat 18 kasus," ujar Kepala Dinkes Kota Tasikmalaya Uus Supangat di Tasikmalaya, Kamis (28/3/2024).
Uus mengatakan, kasus DBD cenderung meningkat. Bila pada Januari dan Februari 2023 hanya 48 kasus dan 46 kasus, maka pada Januari dan Februari 2024 ada 72 kasus dan 94 kasus dengan usia yang terjangkit mulai 7 tahun sampai 17 tahun. "Cenderung naik setiap bulannya dan lebih tinggi jika dibanding satu tahun sebelumnya pada bulan yang sama," katanya.
Ia menyampaikan masyarakat yang terjangkit DBD itu tersebar kasusnya di seluruh kecamatan, paling banyak di Kecamatan Kawalu sebanyak 56 orang dan di Kecamatan Indihiang tercatat lebih sedikit sebanyak enam orang.
Karena itu, kata dia, pemerintah pusat maupun Pemkot Tasikmalaya untuk berupaya maksimal menangani kasus DBD agar tidak terus meluas. Peningkatan itu, salah satunya akibat perubahan cuaca dan badai El Nino yang memicu perindukan nyamuk Aedes agepty. "Maka dari itu Kemenkes RI buat surat edaran ke seluruh Indonesia waspada terjadinya peningkatan kasus DBD, kita sudah buat surat turunannya berisi edaran Wali Kota," katanya.
Ia menyampaikan Dinkes Kota Tasikmalaya saat ini terus berupaya mengedukasi masyarakat agar berperan aktif menerapkan pemberantasan sarang nyamuk secara mandiri, kemudian sosialisasi ke sekolah agar menjaga kebersihan lingkungan dengan menghilangkan tempat genangan air, menutup tempat air, dan mengosongkan penampungan air apabila libur sekolah.
Selanjutnya, kata dia, tim kesehatan di lapangan menyebarkan informasi tentang penanganan yang benar apabila merasakan gejala sakit DBD, dengan segera memeriksakan ke puskesmas atau rumah sakit. "Penanganannya menyiapkan puskesmas dan rumah sakit waspada DBD, menyiapkan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan DBD di puskesmas," katanya.
Dinkes juga, berkoordinasi dengan PMI untuk memastikan ketersediaan darah apabila dibutuhkan transfusi bagi pasien DBD, kemudian memastikan ketersediaan obat DBD di setiap fasilitas kesehatan.
Selain itu, kata dia, tim kesehatan juga melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk di setiap lingkungan masyarakat dan menyiapkan Abate sebagai obat pembunuh sarang nyamuk, dan tindakan terakhir melakukan pengasapan. "Menyiapkan Abate di puskesmas, bila dipandang perlu baru dilakukan fogging (pengasapan)," katanya.