REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 23 pendaki meninggal dunia dalam erupsi Gunung Marapi, Sumatra Barat, awal Desember lalu. Apa daya pendaki untuk menyelamatkan diri ketika bencana semacam itu terjadi?
Saat terjadi krisis bencana di atas gunung, seperti gunung meletus atau badai, pendaki diserukan tidak menunggu di atas gunung. Jauhi puncak gunung karena kondisi di atas jauh lebih berbahaya.
Hal terbaik yang harus dilakukan pendaki adalah langsung turun gunung. Pendaki, pemandu gunung, pemanjat tebing, dan pelari gunung asal Indonesia Fandi Achmad Agi mengingatkan untuk mempelajari titik-titik evakuasi.
"Ketahui jika terjadi bencana, ke mana kita harus berlari. Itu harus dilakukan dengan cepat," katanya.
Untuk merayakan Hari Gunung Internasional yang jatuh pada 11 Desember lalu, Agi membagikan sejumlah kiat untuk melakukan aktivitas pendakian gunung dengan tepat agar tetap aman dilakukan oleh para pendaki. Ia menyebut tantangan setiap mendaki gunung pasti akan berbeda-beda.
"Walaupun gunungnya sama, tetapi kita melakukan pendakian di waktu berbeda itu pasti rintangannya beda, misalkan naik gunung di musim panas dan musim hujan itu berbeda," kata Agi.
Menurut Agi, pemilihan waktu dalam mendaki gunung sangat penting untuk diperhatikan agar persiapan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada. Ia juga menyarankan untuk mempelajari tipikal dan kondisi gunung yang akan didaki, misalnya struktur tanah, cuaca, ketinggian, dan hal-hal penting lainnya.
"Tantangan yang menurut saya paling besar itu pas naik gunung ke Carstensz Pyramid (Puncak Jaya Wijaya) di Papua. Yang membedakan mendaki Carstenz dengan gunung-gunung lainnya adalah pertama mendaki gunung itu technical, jadi kita harus mempelajari basic rock climbing, kedua cuaca hujan di ketinggian gunung," jelas dia.
Kebanyakan, gunung-gunung di Indonesia tidak ditutupi oleh salju, melainkan hujan, sehingga kondisi hujan lebat dapat membuat pakaian dan perlengkapan menjadi basah. Oleh karena itu, penting untuk memilih waktu yang tepat saat mendaki gunung serta mempersiapkan kebutuhan saat melakukan pendakian.
Agi pun mengimbau agar para pendaki siap menghadapi kondisi dan perubahan cuaca yang sangat mungkin terjadi saat berada di ketinggian, serta berhati-hati dengan kondisi jalan yang licin.
"Persiapkan fisik, kadang-kadang banyak orang naik gunung tanpa ada persiapan fisik yang baik. Gimana pun, mendaki gunung atau berkegiatan di alam bebas itu kegiatan fisik yang berat," kata peraih peringkat 1 di Asia dalam kompetisi Ultra-Trail du Mont-Blanc itu.
Dengan persiapan fisik yang baik, pendaki dapat mengukur dan menikmati kegiatan pendakian dengan baik. Tanpa persiapan fisik yang memadai, pendaki berisiko dapat mengalami cedera dan tentunya dapat mengganggu kenyamanan diri sendiri maupun orang lain.
"Kemudian, persiapan pengetahuan. Kita tahu peralatan apa saja yang harus dibawa kalau mendaki gunung, pelajari dulu karakter gunung, cuacanya," ujar Agi.
Bagi Agi, keterampilan dasar beraktivitas di alam, seperti membaca navigasi, mendirikan tenda, mengemas barang, melakukan pertolongan pertama, hingga keterampilan memasak perlu dimiliki oleh seorang pendaki gunung. Dengan begitu, seorang pendaki dapat melakukan aktivitas pendakian dengan lebih baik.