REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Balitbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Bandung pada 20-22 Desember 2023. Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki mengatakan konferensi ini menjadi tonggak penting dalam penguatan moderasi beragama.
Selain ajang konferensi akademik, menurut dia, KMBAAA ini sekaligus menjadi pengingat spirit solidaritas bangsa Asia Afrika dan Amerika Latin.
"KMBAAA menjadi ikhtiar Kemenag dalam penguatan moderasi beragama di level global sekaligus ikut mengupayakan perdamaian dunia di tengah konflik yang terus terjadi di sejumlah negara," ujar Saiful saat sambutan mewakili Menteri Agama dalam acara pembukaan KMBAAA di Bandung, Rabu (20/12/2023).
Dia mengatakan, KMBAAA menjadi forum strategis internasionalisasi moderasi beragama di kawasan Asia Afrika dan Amerika Latin. Menurut dia, hal ini merupakan salah satu implementasi Perpres No 58 tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama.
Penguatan moderasi beragama diharapkan dapat menjadi solusi global dalam upaya perdamaian dunia. Oleh karena itu, kata Saiful, Kemenag mendorong moderasi beragama sebagai gerakan wawasan global untuk mengatasi konflik yang masih terjadi.
Dia pun yakin moderasi beragama dapat menjadi sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai, dan toleran di wilayah Asia Afrika dan Amerika Latin.
“Semoga dengan terselenggaranya KMBAAA dapat memperkuat dan menumbuhkan literasi dalam spirit solidaritas kehidupan yang damai. Pola pikir tersebut perlu ditumbuhkan kembali guna meraih berbagai harapan ke depan,” ucap Saiful.
Hal senada juga disampaikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Menurut dia, konflik antarmanusia tidak boleh terjadi karena mengancam masa depan umat manusia. “Kita perlu merespons eskalasi konflik yang terjadi di dunia. Sebab jika terus dibiarkan akan berakibat kehancuran total dari peradaban manusia dan global,” ujar dia.
Gus Yahya mengajak para tokoh dunia untuk bersuara lantang agar secara signifikan dapat mengingatkan dunia tentang konsensus penting yang telah dicapai, yaitu Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Kita tidak bisa menunggu momen. Kita harus terus menyuarakan perdamaian dunia,” kata Gus Yahya.
Dengan inspirasi dari Presiden Sukarno bersama rekan-rekannya pada 1955, Gus Yahya memiliki ide dan niat untuk menciptakan kembali sejarah tersebut. Bahkan, berbuat lebih banyak dengan mewujudkan cita-cita Presiden Soekarno untuk mengadakan konferensi Asia, Afrika, dan Amerika Latin pada 2024 mendatang.
“Mari kita bekerja sama demi masa depan umat manusia, demi anak cucu, dan demi masa depan peradaban manusia,” ucap Gus Yahya.