Ahad 24 Dec 2023 08:42 WIB

Liburan Akhir Tahun Terberat untuk Starbucks

Starbucks dituntut harus memberikan lebih banyak dukungan untuk Gaza.

Koalisi serikat pekerja dan pendukung bergabung dengan para pekerja Starbucks dalam rapat umum di luar kedai kopi Starbucks di Manhattan, menyerukan jadwal dan upah yang adil, Kamis, (16/11/2023).
Foto: AP Photo/Bebeto Matthews
Koalisi serikat pekerja dan pendukung bergabung dengan para pekerja Starbucks dalam rapat umum di luar kedai kopi Starbucks di Manhattan, menyerukan jadwal dan upah yang adil, Kamis, (16/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Akhir pekan lalu, Starbucks mendapat laporan bahwa sebuah tokonya di New York telah dicat dengan grafiti pro-Palestina. Beberapa jam kemudian, di sebuah toko delapan blok jauhnya, seorang pelanggan juga kedapatan mencaci-maki karyawan Starbucks. 

Beberapa pekan ini merupakan pekan yang berat bagi perusahaan kopi terbesar di dunia ini. Pada saat mereka berharap untuk menyebarkan keceriaan liburan dengan menu-menu ternama dari Starbucks, seperti moka peppermint, konsumen justru melakukan boikot atas perang di Timur Tengah dan upaya serikat pekerja di dalam negeri.

Baca Juga

Gabrielle Blake, seorang mahasiswa di Kent State University di Ohio, mengatakan sulit untuk mendapatkan kafein tanpa mampir ke salah satu toko Starbucks di kampus. Namun dia telah memboikot perusahaan tersebut sejak Oktober 2023. Tepatnya, ketika perusahaan tersebut menggugat Workers United, serikat pekerja yang mengorganisir karyawannya, karena serikat pekerja tersebut telah mengunggah pesan pro-Palestina di media sosial.

Starbucks sempat ingin menghentikan serikat pekerja menggunakan nama dan logonya, dengan mengatakan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki pendirian resmi mengenai perang tersebut dan postingan serikat pekerja tersebut mungkin membingungkan pelanggan. Namun banyak pemboikot, seperti Blake, berpikir Starbucks harus memberikan lebih banyak dukungan kepada masyarakat Gaza.

“Saya memahami di tingkat korporasi mengapa mereka ingin mengurangi kerusakan tersebut, namun di tingkat kemanusiaan, hal ini sangat buruk,” katanya. “Saya pribadi mencoba mengonsumsi dan melakukan sesuatu dengan cara yang tidak mengabaikan penderitaan orang lain saat saya membeli sesuatu," ujar Blake. 

Dalam surat terbuka kepada karyawannya pada hari Selasa (19/12/2023), CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengecam vandalisme toko dan meningkatnya protes di AS dan luar negeri. “Meskipun saya bersyukur atas begitu banyak hal, saya prihatin dengan keadaan dunia yang kita tinggali. Ada konflik di banyak bagian. Hal ini telah melancarkan kekerasan terhadap orang-orang yang tidak bersalah, kebencian dan ucapan serta kebohongan yang dijadikan senjata – yang semuanya kami kutuk,” tulisnya. “Sikap kami jelas. Kami membela kemanusiaan," lanjutnya. 

Namun Blake mengatakan dia lebih suka melihat Starbucks mengambil tindakan seperti menyerukan gencatan senjata atau mengirimkan bantuan kepada masyarakat Gaza. Dia juga berpendapat perusahaan harus membatalkan gugatannya. “Semua orang membela kemanusiaan. Apa artinya itu bagimu?” dia berkata.

Starbucks yang berbasis di Seattle belum menjelaskan dampaknya terhadap penjualan mereka. Laporan penjualan triwulanan berikutnya perusahaan baru akan keluar pada Februari. Namun ada indikasi Starbucks mengalami penurunan penjualan.

Dalam laporan awal Desember, analis JP Morgan, John Ivankoe menurunkan perkiraan penjualan AS untuk kuartal pertama fiskal Starbucks, dengan mengatakan penjualan saat musim liburan tampaknya lebih lambat dibandingkan promosi di musim gugur. Harga saham Starbucks pun anjlok karena berita tersebut. 

Sementara itu, video yang diposting di X menunjukkan protes dan toko-toko kosong di London, Australia, Dubai dan tempat lain.

 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement