REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Iran Ebrahim Raisi akan berkunjung ke Ankara, Turki untuk membahas situasi di Gaza dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Pada Selasa (26/12/2023), seorang pejabat pemerintah Turki mengatakan, dalam pertemuan itu Raisi dan Erdogan juga akan membahas situasi di Suriah serta hubungan bilateral dua negara.
Raisi rencananya berkunjung pada bulan November lalu tapi ditunda karena jadwal menteri luar negeri dua negara. Saat itu menteri luar negeri Turki sedang berada di New York sebagai bagian dari perkumpulan negara Muslim yang berusaha menyelesaikan masalah Gaza.
Turki yang mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina mengkritik keras Israel atas serangannya ke Gaza. Ankara mendorong gencatan senjata dan mengatakan pemimpin-pemimpin Israel harus dibawa ke pengadilan internasional untuk mempertanggungjawabkan kejahatan perang mereka.
Meskipun meningkatkan retorika sejak Israel melancarkan serangan udara dan darat ke Gaza sebagai pembalasan atas serangan kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober, Turki juga mempertahankan hubungan komersial dengan Israel, yang memicu kritik dari beberapa partai oposisi dan Iran. Tidak seperti sekutu-sekutu Baratnya dan beberapa negara Arab, Turki yang merupakan anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.
Iran memimpin koalisi yang disebut Poros Perlawanan, kelompok ini mencakup Hamas serta kelompok-kelompok muslim Syiah di sekitar Timur Tengah memerangi Israel dan sekutu-sekutu Baratnya. Teheran menyuarakan dukungan untuk Hamas dan memperingatkan konsekuensi yang lebih luas jika Israel terus melanjutkan serangan ke Gaza.
Turki dan Iran biasanya memiliki hubungan yang rumit. Kedua negara itu berselisih dalam berbagai isu, terutama perang sipil Suriah. Ankara memberikan dukungan politik dan militer pada pemberontak yang ingin menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Sementara Teheran mendukung Assad.
Meski sudah pembicaraan antara perwakilan Suriah, Turki, Iran, dan Rusia untuk menemukan solusi politik untuk mengakhiri perang di Suriah. Ankara juga meningkatkan hubungan dengan Assad sebagai bagian dari dorongan diplomatik regional yang diluncurkan pada tahun 2020.